Setelah pelinggih berdiri, pada 2019 lalu, ada seorang sulinggih dari Jembrana datang.
Beliau, Ida Pedanda Griya Sigaran Manistutu katanya mendapatkan pawisik bahwa Patih Gadjah Mada berstana di sana.
Atas keyakinan itu, kata Supriadi, beliau lantas menyumbangkan biaya untuk menyucikan pura tersebut lewat upacara mendem pedagingan, mecaru dan rsi gana.
"Kira-kira biaya yang habis sekitar Rp 150 juta. Namun karena tidak enak, sehingga saya bersama pengempon ikut nyumbang Rp 45 juta," ujarnya.
Supriadi yang merupakan tokoh Gerindra Gianyar ini mengungkapkan, setelah pembangunan dan upacara penyucian, banyak umat yang datang untuk bersembahyang.
Mereka datang dari seluruh Bali.
Sebagian besar dari mereka tahu pura ini melalui pawisik. Kedatangan mereka ada yang meminta rezeki, jabatan dan kesembuhan.
"Menurut kepercayaan orang, sudah hampir 500 tahun pelinggih di sini tidak diperbaiki. Mungkin karena runtuhnya kerajaan Majapahit atau bagaimana. Dulu masyarakat sangat takut ke sana. Sekarang, hampir setiap hari ada yang ke sana," ujarnya.
Baca juga: Diguyur Hujan Deras, Senderan Jalan di Pura Batumadeg Karangasem Tergerus dan Jalannya Retak
"Ada yang meminta jabatan. Salah satunya pemilihan Perbekel. Dulu ada seorang Perbekel pada pemilihan itu dia ke sana dengan timnya. Saat itu pemilihan di desanya sangat berat, lawannya calon kuat. Setelah memohon di sana dia mendapatkan keajaiban, yakni menang hanya dengan selisih satu suara. Dan, saya sendiri memohon agar menang di Pileg. Astungkara kini menjabat dua periode," imbuhnya.
Selain itu, kata Supriadi, ada juga yang datang dalam kondisi bangkrut.
"Ada yang bisnisnya bangkrut. Sekarang sampai tak bisa meladeni permintaan. Kesehatan juga. Ada yang mau operasi ginjal. Ini warga Bangli. Karena tak punya uang, dia ke sana sembahyang, sekarang sudah sembuh," ujarnya seizin prajuru Pura Petilasan Cempaka Majapahit. (i wayan eri gunarta)
Kumpulan Artikel Gianyar