Tes ini juga dapat digunakan untuk memantau aktivitas selama operasi otak.
Penelitian Melibatkan EEG
Sebuah studi dari Departemen Psikologi Universitas Negeri Arizona telah mengidentifikasi tanda-tanda saraf yang terjadi antara pasangan yang terlibat asmara saat mereka bekerja untuk menjawab pertanyaan itu.
Penelitian yang baru-baru ini diterbitkan di Social, Cognitive and Affective Neuroscience, menggunakan electroencephalography (EEG) untuk mengukur aktivitas listrik otak dari kedua anggota pasangan romantis saat mereka menilai status hubungan romantis mereka.
Dilansir Tribun-Bali.com dari situs resmi Universitas Arizona pada Senin, 10 Januari 2022 menyebutkan sebuah studi dari Departemen Psikologi Universitas Negeri Arizona telah mengidentifikasi tanda-tanda saraf yang terjadi antara pasangan yang terlibat asmara sebagai indikasi bagaimana mereka cocok sebagai pasangan.
Baca juga: REKOR BARU, Matahari Buatan China Menyala Selama 17 Menit
Penelitian ini melibatkan 49 pasangan yang terlibat asmara yang telah berkencan kurang dari setahun. Setiap pasangan dipasangi topi EEG, yang memungkinkan tim peneliti secara bersamaan mengukur aktivitas listrik dari kedua otak mereka. Jenis pengukuran ini disebut dyadic EEG.
Tim peneliti berfokus pada sinyal otak spesifik yang disebut P300 yang melacak proses berpikir saat membuat keputusan, seperti bagaimana mengevaluasi umpan balik sosial.
Selama pengumpulan EEG, pasangan menjawab pertanyaan tentang karakteristik hubungan mereka, seperti apakah mereka cocok dalam gaya komunikasi, keintiman, dan ketertarikan fisik.
Peserta kemudian melihat jawaban pasangan romantis mereka, serta jawaban dari sekelompok teman fiktif yang digambarkan sebagai ahli hubungan.
"Kami menyertakan jawaban dari dua sumber ini untuk menyelidiki jawaban mana tentang kecocokan hubungan yang lebih penting - jawaban dari pakar hubungan fiktif atau dari pasangan romantis," kata kata Thao Ha, asisten profesor psikologi.
Tim peneliti pertama-tama menilai respons otak ketika para peserta menunggu jawaban dari para ahli hubungan fiktif dan pasangan romantis mereka. Umpan balik yang masuk dari rekan fiktif dan pasangan romantis sama pentingnya dalam fase percobaan ini.
Tapi, P300 lebih besar ketika partisipan sendiri ragu apakah mereka cocok dengan pasangan romantis mereka dalam suatu karakteristik.
Tim peneliti juga menilai aktivitas otak ketika jawaban dari teman fiktif dan pasangan romantis mereka terungkap.
Umpan balik dari rekan fiktif tidak penting dalam fase percobaan ini, tidak seperti ketika peserta sedang menunggu jawaban.
“Ketika hubungan terjalin, apa yang diberikan pasangan Anda sebagai umpan balik tentang kecocokan hubungan lebih penting daripada teman sebaya. Temuan ini penting karena sebagian besar penelitian berfokus pada umpan balik rekan,” jelas Ha.