Berita Denpasar

Tak Diwajibkan Swab Test, Jika Kasus Covid-19 di Denpasar Melonjak Pengarakan Ogoh-ogoh Ditunda

Penulis: Putu Supartika
Editor: Noviana Windri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ogoh-ogoh Sang Maungpati Banjar Gemeh Denpasar.

Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Pembuatan dan pengarakan ogoh-ogoh saat Nyepi Saka 1944 di Denpasar masih tetap mengacu pada hasil keputusan rapat bersama MDA Kota Denpasar, Parum Bandesa, Sabha Upadesa, Pasikian Pecalang, Forum Perbekel Lurah, Pasikian Sabha Yowana, PHDI, dan Pemkot Denpasar.

Ketua MDA Kota Denpasar, Anak Agung Ketut Sudiana mengatakan, proses arak-arakan ogoh-ogoh saat pengerupukan masih tetap mengacu pada SE.

Akan tetapi, untuk arak-arakan ogoh-ogoh saat ini semakin diperketat dengan protokol kesehatan.

Peserta yang terlibat dalam arak-arakan maksimal sebanyak 50 orang dari tukang tegen hingga sekaa baleganjur.

“Peserta juga wajib minimal sudah vaksinasi dua kali dan menggunakan masker. Saat pelaksanaannya, juga akan diawasi melalui aplikasi PeduliLindungi,” kata Sudiana, Selasa 25 Januari 2022.

Baca juga: Desa Adat Pecatu Badung Sepakat Tak Buat Ogoh-ogoh

Baca juga: Terbentur dengan Ngaben Massal, Tahun Ini Desa Pengotan Bangli Putuskan Tak Buat Ogoh-ogoh

Baca juga: 50 Banjar Tanpa Ogoh-ogoh, Keputusan Rapat Desa Kerobokan, Kesepakatan Ketua Seka Teruna & Kelian

Akan tetapi, meskipun dalam Surat Edaran MDA Bali ada syarat wajib swab test bagi peserta arak-arakan ogoh-ogoh, namun di Denpasar sepakat tidak mewajibkan hal itu.

“Sebab, jika itu dilaksanakan para Yoana akan kesulitan. Sehingga ada kesepakatan saat rapat tidak menggunakan swab test sebagai syarat peserta ogoh-ogoh,” katanya.

Sudiana mengatakan, teknis tersebut bisa dilaksanakan jika kasus positif Covid-19 di Kota Denpasar tidak mengalami lonjakan.

“Namun, jika kasus positif Covid-19 di Kota Denpasar terus melonjak hingga mendekati masa pangrupukan, pelaksanaan ogoh-ogoh dan rangkaiannya kembali akan ditunda sampai Covid-19 kembali mengalami penurunan,” katanya.

Hal itu menurut Sudiana juga sudah sesuai kesepakatan dengan para Yowana.

“Kalau melonjak lagi sampai menjelang pengerupukan, kami akan tunda kembali. Bukan hanya arak-arakan ogoh-ogoh namun, rangkaiannya seperti lomba juga akan ditunda kembali. Jangan sampai karena arak-arakan ogoh-ogoh kasus Covid-19 kembali meningkat di Denpasar,” katanya.

Selain itu, satu banjar adat juga hanya boleh membuat satu ogoh-ogoh.

Sementara untuk lingkungan diminta bergabung ke banjar adat terdekat.

“Kalau ada keinginan pawai ogoh-ogoh cukup di banjar dengan melihat perkembangan Covid. Kalau pas pengerupukan tidak ada lonjakan kasus bisa dilakukan di wewidangan banjar. Kalau ada kenaikan carikan waktu di kemudian hari,” katanya.

Halaman
12

Berita Terkini