Menurut dia, menu bebek goreng memang memiliki tantangan dalam pengolahan.
Sebab, ketika salah mengolah, maka rasa bebek akan berbau amis dan dagingnya keras.
Sehingga perlu keterampilan supaya daging menjadi empuk.
Dan bebek memiliki beberapa jenis pengolahan, ada bebek binjai, songkem dan bebek Surabaya.
Untuk ciri khas bebek Madura ialah adanya saur atau serundeng di dalam nasi.
Sedangkan ciri khas bebek Surabaya ialah adanya bumbu kuning yang bisa dituang ke nasi atau pada bebek goreng.
“Ciri khas dari bebek Surabaya itu adalah dibumbu kuning. Bumbu ini yang menandakan bebek Surabaya. Kalau bebek Madura ialah ada serundeng atau saur. Nah di bebek saya ini saya mengkombinasikan antara bumbu kuning Surabaya dengan saur atau serundeng Madura. Sehingga rasanya mantap,” paparnya.
Boni mengaku, untuk menu ayam kampung goreng juga menggunakan bumbu kuning. Dan ada bumbu ayam Taliwang.
Penjualannya, kata dia, bebek goreng paling ramai ialah di hari kerja, Senin hingga Jumat yang bisa mencapai enam hingga delapan ekor per hari.
Sedangkan di akhir pekan paling hanya lima ekor.
Sedangkan ayam kampung goreng paling di hari kerja sekitar dua atau tiga ekor, dan di akhir pekan satu atau dua ekor saja.
“Per porsi ayam pakai nasi Rp 23 ribu dan bebek pakai nasi Rp 25 ribu. Bahan baku bebek di Jembrana sudah ada pengepulnya yang dibeli dari Blitar Jawa Timur. Jadi tidak kesusahan bahan baku. Dan ayam kampung juga tidak terlalu susah,” jelasnya.
Boni berharap pandemi segera berakhir dan ekonomi Bali bisa kembali pulih.
Meskipun demikian, dia mengaku tidak berencana kembali menjadi chef karena ingin fokus mengembangkan bisnis yang sudah digelutinya ini.
Dan akan ada inovasi-inovasi yang akan dikembangkan. Sepeti salah satunya ialah bebek kelopo yang memadukan kelapa dengan bebek.