Dalam studi tersebut, para sukarelawan makan sekitar tiga setengah ons sehari dari dua jenis kurma yang berbeda.
Pada akhir bulan, para peneliti menemukan bahwa penambahan kurma tidak secara signifikan mempengaruhi tingkat indeks massa tubuh (BMI), kolesterol total, LDL, atau HDL dari subjek penelitian.
Serta yang terpenting, kadar gula darah puasa dan lemak darah tidak meningkat setelah mengonsumsi kedua jenis kurma tersebut.
Faktanya, lemak darah menurun, seperti halnya pengukuran stres oksidatif.
Studi lain yang lebih baru menguji konsumsi kurma pada lemak darah dan kontrol glikemik.
Seratus pria dan wanita dengan diabetes tipe 2 secara acak ditugaskan untuk makan tanpa kurma sama sekali atau menambahkan tiga kurma setiap hari selama 16 minggu.
Baca juga: Marhaban ya Ramadan, Berikut Bacaan Niat Puasa Ramadan, Lengkap dengan Amalan saat Buka Puasa
Pemakan kurma mengalami penurunan kolesterol total dan LDL "jahat" yang signifikan secara statistik.
Dan HbA1c (ukuran kontrol gula darah selama periode dua sampai tiga bulan sebelumnya) tidak berubah pada kelompok pemakan kurma.
Kelompok yang mengonsumsi kurma juga mengalami peningkatan kesehatan mental dan ukuran kualitas hidup secara keseluruhan.
Studi-studi ini penting karena regulasi gula darah dan kesehatan jantung berhubungan erat.
Orang dengan diabetes tipe 2 memiliki dua kali lipat peningkatan risiko penyakit jantung, termasuk serangan jantung; penyakit kardiovaskular adalah penyebab utama kematian di antara orang-orang dengan diabetes tipe 2.
6. Kurma dapat menawarkan perlindungan otak
Senyawa pelindung dalam kurma juga dianggap membantu menjaga otak.
Sebuah makalah yang diterbitkan dalam jurnal Neural Regeneration Research menyatakan bahwa kurma memiliki potensi terapeutik yang menjanjikan terhadap penyakit Alzheimer, karena kemampuannya untuk memerangi peradangan dan stres oksidatif di otak.
7. Kurma dapat membantu meringankan persalinan alami