Ia menyadari pendapatannya tidaklah seberapa, bahkan menurutnya lebih besar pengahasilan suaminya yang bekerja sebagai petani di kampung.
Ketimbang pengahasilannya sebagai juru parkir.
Tapi seperti motivasinya di awal, pekerjaan ini juga sebagai penghibur dirinya juga.
Lain lagi yang dilakukan Wayan Sikiani (50).
Dia mengaku berprofesi sebagai tukang suun sejak tahun 2000.
Ibu Sikiani mulai berprofesi sebagai tukang suun sejak ia masih gadis hingga saat ini sudah memiliki 2 putra yang sudah dewasa, bahkan salahbsatu anaknya sudah menikah dan memiliki 3 orang anak.
"Saya sudah dari lama kerja begini. Dulu saya masih bajang pulang sekolah langsung kerja jadi tukang suun. Sampai akhirnya menikah, saya sudah punya anak 2. Satunya sudah nikah. Saya punya cucu tiga," tutur Wayan Sikiani
Sikiani melakukan kegiatan suun pukul 09.00 Wita sampai pukul 17.00 Wita.
Ia mengaku sangat sering mengalami penolakan dari beberapa pengunjung pasar untuk menggunakan jasanya.
Baca juga: Kisah Mami Sisca di Buleleng, Pelihara Belasan Anjing dan Kucing Liar, Habiskan Rp100 Ribu Sehari
Hal ini tentu sangat berdampak pada pendapatan sehari-harinya.
"Dari jam 09.00 saya di sini, sampi jam 17.00. Sepi, belum lagi sering ditolak oleh pengunjung pasar," keluhnya.
Ia mengaku sehari bisa saja hanya mendapat Rp 30 ribu sampai paling banyak bisa mengumpulkan uang Rp 50 ribu per hari.
Uang yang terkumpul inilah yang digunakanya untuk kehidupan sehari-hari bersama suaminya yang berprofesi sebagai buruh bangunan.
Namun sayangnya selama pandemi ini suami ibu Wayan Sikiani tidak mendapatkan pengahasilan, lantaran sepinya kerjaan.
Suaminya pun memutuskan pulang kampung untuk mengurus sawah.