TRIBUN-BALI.COM, AMLAPURA - Ni Wayan Sani hanya menunduk saat ditemui di Gedung Loka Bina Karya, Dinas Sosial Karangasem, Jumat (22/4/2022) siang.
Wajahnya memelas dan sedikit malu saat hendak diwawancarai. Tangan kanan dan kirinya terus memegang anaknya yang maasih balita.
Anaknya itulah yang biasa diajak keliling untuk menggepeng di Batubulan, Gianyar.
Sesekali tangan kanannya menggaruk bagian kepalanya, sembari mengoyangkan anak dipangkuannya. Setelah itu dia pun berlari menuju kendaraan.
Yan Sani sapaanya adalah seorang gepeng asal Tianyar Barat, Kec. Kubu, Kabupaten Karangasem.
Ia mengaku menggepeng karena kesulitan mendapat penghasilan di tengah pandemi.
Sebelum memutuskan menjadi gepeng, dia sempat jualan bolu dan donat. Namun, bolu dan donat buatan Sani yang dititipkan di warung-warung tak ada yang membeli.
Baca juga: Gepeng di Karangasem Terus Mengalami Peningkatan
"Dulu saya buat bolu dan donat. Saya titipkan ke warung. Tapi tak ada pembeli. Sudah tujuh hari kadang nggak ada pembeli, otomatis saya merugi," ungkap Sani ditmui di Bina Loka Karya, Jalan Ngurah Rai.
Penghasilan yang tak sebanding dengan modal yang dikeluarkan membuatnya kembali menggepeng.
Apes, baru dua hari menggepeng, Sani dan rekan-rekannya yang lain langsung diamankan petugas Satpol PP di daerah Batubulan, Gianyar.
"Saya baru dua hari mengepeng. Setelah itu saya ditangkap (Satpol PP) di Batubulan," imbuh Ni Wayan Sani.
Penyuluh Sosial, Dinas Sosial Karangasem, Made Sumeka Regen mengatakan sebanyak 36 orang gepeng yang terjaring dan dikembalikan ke Dinas Sosial Karangasem, Kamis (21/4/2022).
Puluhan gepeng asal Karangasem tersebut merupakan limpahan dari Kota Denpasar dan Kabupaten Badung.
"Kamis (21/4/2022) Dinsos Karangasem menerima 13 gepeng dari Dinsos Denpasar. Jumat (22/4/2022) mendapat kiriman 23 gepeng dari Kabupaten Badung," tambah Made Sumeka Regen.
Kiriman gepeng dari daerah lain meningkt tiap tahun. Tahun 2021 jumlah gepeng yang dilimpahkan sebanyak 700 orang.