Berita Bali

MONSTER Sampah, Jadi Tema Tesis Ngurah Senglad

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ngurah Senglad.

TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - I Gusti Ngurah Tri Arya Swastana, alias Ngurah Senglad, seorang mahasiswa S2 Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Bali, menjadi sorotan masyarakat.

Hal tersebut berkat pementasan monster sampah, di jalanan Kabupaten Gianyar.

Ditemui, Rabu 12 Mei 2022, pria asal Banjar Gua, Desa Bedulu, Blahbatuh, Gianyar, tersebut mengatakan monster sampah merupakan bagian dari ujian penciptaan dalam tesisnya.

Baca juga: 427 Siswa SD di Denpasar Ikut Festival Nyurat Aksara Bali

Adapun judul tesisnya adalah 'Wayang Sampah Bumi Suda'.

Di mana dalam tesis ini, terdapat ujian yang bersifat pementasan, yang direalisasikannya dalam bentuk film sinema.

Dia menjelaskan, Wayang Sampah Bumi Suda ini menceritakan seorang bernama Anumana.

Tokoh utama yang diperankan langsung, oleh Ngurah Senglad itu dan merupakan manusia yang mencintai alam serta berbakti pada Tuhan.

Baca juga: Tingkat Okupansi Kawasan The Nusa Dua Bali Naik Signifikan Selama Libur Lebaran 2022

Diceritakan, ia selalu berusaha mengajak masyarakat sekitarnya untuk menjaga lingkungan. 

Namun respon yang didapatkan justru cemohan.

"Hal itu menggambarkan fenomena saat ini. Dari 10 orang, palingan hanya satu atau dua orang saja yang peduli terhadap lingkungan. Hal tersebut menyebabkan menjaga lingkungan menjadi sangat sulit," tegas Ngurah.

Ngurah Senglad mengatakan, dirinya sendiri kerap merasakan.

Dimana ia yang tergabung dalam komunitas Satu Jam Saja (SJS), yang bergerak di bidang kebersihan lingkungan di Desa Bedulu.

Ia kerap melihat tempat yang sebelumnya dibersihkan, keesokan harinya kembali dijejali sampah.

Baca juga: Jajang Mulyana Bertekad Bawa Bali United Jadi Kampiun di AFC Cup & Pertahankan Gelar Juara Liga 1

Hal tersebut menunjukkan, bahwa menjaga kebersihan lingkungan tidak bisa dilakukan sendirian, dibutuhkan kesadaran semua orang.

Ngurah Senglad mengatakan, dikarenakan ajakan Anumana tak mendapatkan dukungan banyak orang, sehingga menyebabkan dia merasa bersalah terhadap lingkungan dan Ida Sang Hyang Widhi.

Setelah itu, muncul Ibu Pertiwi yang dalam pertunjukan ini ditarikan oleh wanita.

"Ibu pertiwi menangis. Sebab jika diibaratkan sebagai manusia, tubuhnya selalu dikotori oleh sampah, hal itulah yang saya lihat terjadi saat ini. Bumi selalu dijejali sampah. Banyak yang begitu melihat sampah sangat terganggu. Namun kita tak sadar bahwa kita adalah bagian dari yang menyebabkan timbulan sampah tersebut," bebernya. 

Baca juga: Tingkat Okupansi Kawasan The Nusa Dua Bali Naik Signifikan Selama Libur Lebaran 2022

Dalam fragmen itu, garapan yang bekerjasama dengan seniman Desa Bedulu ini.

Pihaknya menyajikan adegan, bagaimana saat sampah tersebut hidup menjadi sebuah monster.

"Monster sampah tersebut marah, karena dia dilahirkan oleh manusia, namun manusia selalu menyalahkannya jika lingkungan kotor dan menimbulkan masalah," ujarnya.

Adapun pesan yang ingin disampaikan, dalam pementasan tersebut.

Yaitu adalah, untuk menyadarkan masyarakat bahwa hal tersebutlah yang terjadi ketika kesadaran semua masyarakat tentang sampah belum tumbuh.

Dia juga ingin menyampaikan, bahwa sampah yang menjadi penyebab kerusakan lingkungan, merupakan hasil dari keacuhan sebagian besar masyarakat akan kebersihan lingkungan.

"Memerangi persoalan sampah tidak bisa dilakukan, satu atau dua orang, butuh kesadaran semua orang," tandasnya. (*) 

Berita Terkini