TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Kabar terkait adanya vaksin penyakit mulut dan kuku (PMK), untuk para peternak di Bali.
Mendapatkan respon positif oleh Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (GUPBI) Bali.
Bahkan GUPBI berharap, semua itu cepat dilakukan agar hewan ternak di Bali aman.
Baca juga: CEGAH PMK Jelang Idul Adha, Karantina Pertanian Denpasar Perketat SOP Lalu Lintas Hewan
Baca juga: Update PMK : Akhirnya Setelah Sempat Tertahan Lama, Hewan Ternak Didistribusikan Kembali
Selain itu, pemerintah diharapkan bisa mengupayakan vaksin sejak dini.
Hal itu akan sangat membantu para peternak besar di Bali.
Mengingat saat ini peternak masih trauma akan virus, yang diduga African Swine Fever (ASF), yang melanda pada 2019 lalu.
Ketua GUPBI Bali, Ketut Hary Suyasa, dikonfirmasi Rabu 15 Juni 2022 mengakui jika pemerintah harus bergerak cepat akan adanya wabah.
Pasalnya jika dibiarkan, peternak di Bali bisa mengalami kerugian sangat besar.
Baca juga: Cegah PMK, Sebanyak 550 Ribu Hewan Ternak di Seluruh Provinsi Bali akan Divaksinasi
Baca juga: Cegah PMK, Berikut Cara Potong Hewan yang Benar untuk Dijadikan Makanan
"Semestinya, saat ada kabar akan adanya penyakit.
Kita sudah melakukan langkah antisipasi.
Apa yang harus dilakukan, agar virus tidak masuk Bali dan menyerang hewan peternak kita," katanya.
Pihaknya mengaku, sejatinya virus PMK tidak begitu bahaya jika dibandingkan dengan yang diduga ASF sebelumnya.
Bahkan para peternak, kata dia, takut jika pengiriman hewan ternak keluar Bali distop.
"Kalau sudah distop, sudah pasti mereka para peternak mengalami kerugian.
Mengingat jika populasi melebihi kebutuhan.
Harga akan menjadi turun.
Apalagi biaya pakan sekarang makin meningkat," bebernya.
Disinggung mengenai pengiriman hewan ternak, sudah tidak lagi ditunda ke luar Bali.
Pria asal Abiansemal Badung itu, mengaku hal itu sudah terjadi beberapa waktu lalu.
Dirinya mengakui , pengiriman hewan ternak antar pulau pun sempat dihentikan selama satu bulan.
Namun dengan adanya imbauan, dan pengetatan biosecurity akhirnya kembali dibuka.
"Kalau sekarang sudah aman.
Waktu ini sebulan tidak bisa mengirim babi keluar.
Peternak pun sempat khawatir akan kondisi tersebut.
Mengingat mereka bisa mengalami rugi total," bebernya.
Sebelumnya, Heri Suyasa menyebutkan, dalam seminggu kurang lebih ada 3 ribu ekor babi yang dikirim ke Jawa.
Artinya dalam sebulan kurang lebih 12 ribu babi yang masuk daerah pulau Jawa.
Baca juga: Update PMK : Akhirnya Setelah Sempat Tertahan Lama, Hewan Ternak Didistribusikan Kembali
Baca juga: CEGAH PMK Jelang Idul Adha, Karantina Pertanian Denpasar Perketat SOP Lalu Lintas Hewan
Bahkan untuk mengantisipasi penyakit PMK masuk Bali.
GUPBI sendiri membuat bilik disinfektan, untuk menyemprot hewan yang akan dikirim ke luar pulau Bali.
Atau sebaliknya.
Mengingat saat ini, peternak di Bali tidak menginginkan Bali terkena virus.
Hal itu bisa mengakibatkan, penundaan penjualan babi ke luar daerah.
Yang akan membuat harga babi turun hingga peternak merugi.
Untuk diketahui, hingga kini Vaksin PMK sedang diupayakan oleh Pemerintah Pusat.
Untuk di Bali sendiri, jika sebelumnya penerima vaksin akan diprioritaskan pada Kabupaten Jembrana.
Karena sebagai pintu masuk, kini pemberian vaksin akan diberikan rata ke seluruh kabupaten atau kota yang ada di Bali.
"Vaksin memang masih diupayakan oleh pusat.
Memang kita belum ada karena ini penyakit baru.
Sedang diupayakan dan kebetulan Bali masih aman.
Masih hijau (belum ada virus PMK), kita jaga untuk Bali agar tidak terkena PMK," Kadis Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, I Wayan Sunada. (*)