TRIBUN-BALI.COM - Tersendatnya distribusi gandum dunia akibat Perang Rusia-Ukraina disebut bisa membuat harga mi instan naik hingga tiga kali lipat.
Di Klungkung, kenaikan harga mi instan ternyata sudah terjadi sejak dua bulan lalu meski kenaikannya tidak sampai tiga kali lipat.
Beberapa pedagang di Pasar Galiran Klungkung mengatakan, kenaikan harga mi instan ini terjadi pada berbagai jenis dan merk. Kenaikan berkisar Rp 5 ribu sampai Rp 15 ribu per dus.
"Kenaikan harganya (mi instan) sudah sejak dua bulan lalu, kenaikannya berkala," ujar seorang pedagang di Pasar Galiran Klungkung, I Nyoman Muliati, Kamis 11 Agustus 2022.
Ia menyontohkan harga salah satu merk mi goreng, dua bulan lalu harganya Rp 98 ribu per dus. Lalu naik menjadi Rp 105 ribu per dus, dan sekarang harganya mencapai Rp 108 ribu.
Baca juga: Harga Mi Instan Hingga Roti di Dalam Negeri Berpotensi Naik Akibat Perang Rusia-Ukraina
"Bahkan ada mi goreng yang harganya sudah mencapai Rp 115 ribu. Dua bulan lalu harganya dibawah Rp 100 ribu," ungkap Muliati.
Hal serupa juga diungkapkan pedagang lainnya, Komang Retiasi. Kenaikan tidak hanya pada mi goreng dan kuah instan, namun juga terjadi pada mi telor.
Sementara kenaikan cukup signifikan terjadi pada tepung terigu. Dua bulan lalu harga tepung terigu masih Rp 75 ribu per dus, namun saat ini sudah mencapai Rp 128 ribu.
Baca juga: Berhenti Konsumsi Mi Instan Terus-menerus, Bisa Sebabkan Hipertensi, Diabetes, dan Sakit Jantung
"Semua jenis mie naik, termasuk mi telor. Naiknya hampir setiap dua minggu, sejak dua bulan lalu. Tepung terigu juga naik," ujar Retiasi.
"Jika dijual kiloan, harga tepung terigu sudah Rp 12 ribu per kilogram, sebelumnya Rp 9 ribu," ungkapnya. (*)