Namun tim dokter menyebut hal itu ada alasannya.
Ade juga mengklaim tidak ada organ Brigadir J yang hilang saat melakukan autopsi ulang pada jasad Brigadir J.
"Apa yang didapatkan pada tubuh korban itu, kita lihat yang jelas sudah dikembalikan pada tubuh korban.
Memang ada hal-hal yang harus dilakukan untuk mencegah adanya, misalnya kebocoran atau apa karena banyak luka-luka di tubuh korban.
Sehingga yang jelas memang tidak ada organ yang hilang dan semua dikembalikan ke tubuh jenazah," kata Ade.
Ade menjelaskan, salah satu pertimbangan adalah jasad Brigadir J yang akan ditransportasikan.
Jenazah Brigadir J memang dibawa dari Jakarta ke Jambi, kampung halamannya untuk dikubur.
"Yang jelas dikembalikan ke tubuh, namun memang itu tadi ada yang dengan pertimbangan karena jenazah ditransportasikan, sehingga harus dilakukan beberapa tindakan yang seperti tadi.
Ditempatkan di tempat-tempat agar tidak mengalami ceceran dan segala macam," katanya.
Tim dokter menegaskan tidak ada kekerasan pada tubuh Brigadir J selain kekerasan senjata api.
"Ada dua luka fatal yang tentunya yaitu di daerah dada dan kepala (jasad Brigadir J)," kata Ade.
Dua luka fatal itu, disebut Ade, yang membuat nyawa mendiang Brigadir J hilang.
"Tidak ada kekerasan di tempat lainnya. Saya bisa pastikan di sini dengan penelitian kami tidak ada kekerasan selain kekerasan senjata api dan memang yang fatal, adalah dua yaitu di dada dan di kepala itu yang fatal iya pasti bikin meninggal," ucapnya.
Ade juga memastikan, tidak ada kuku Brigadir J yang dicabut.
"Enggak, enggak ada kuku dicabut, enggak sama sekali," kata Ade.