Berita Bali

Happy Salma dan Nicolas Saputra Produseri Pementasan Calonarang di Jakarta, Tiket terjual 95 Persen

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Happy Salma dan Nicholas Saputra, dibantu, Cokorda Gede Bayu Putra dari Puri Agung Ubud, selaku produser pendamping saat memberikan keterangan pers di Njana Tilem Museum, Ubud, Gianyar, Kamis 1 September 2022

TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR -  Calonarang dengan cerita Sudamala atau pembersihan jasmani dan rohani, akan dipentaskan di  Gedung Arsip Nasional Republik Indonesia, Jakarta pada 10 dan 11 September 2022.

Ini merupakan pementasan yang digelar Titimangsa bersama www.indonesiakaya.com.


Pementasan ini akan tetap mempertahankan sisi tradisional. Namun, lantaran segmen penontonnya nasional, sehingga ada beberapa penyesuaian.

Karena itu, pementasan ini pun diproduseri oleh Happy Salma dan Nicholas Saputra.

Baca juga: Pementasan Calonarang di Tebesaya Gianyar, Bak Kembali ke Zaman Kuno, Astana: Nuansa Sakral kental

Dibantu, Cokorda Gede Bayu Putra dari Puri Agung Ubud, selaku produser pendamping.


Agar pementasan tak keluar dari pakem, mereka juga menggandeng Profesor I Wayan Rai selaku konsultan, penata kostum, AA Ngurah Anom Mayun Konta Tenaya, dan Iskandar Loedin selaku pimpinan artistik seni pertunjukan, yang arahannya sangat dibutuhkan lantaran sudah malang melintas di seni pertunjukan nasional. 


Sebelum berangkat ke Jakarta, para penari dan penabuh ini pun berlatih di Njana Tilem Museum, Ubud, Gianyar, Kamis 1 September 2022.

Para seniman yang terlibat dalam pementasan ini, merupakan seniman-seniman profesional Bali. 


Adapun pementasan ini masih menggunakan instrumen tradisional, yakni gamelan semarpegulingan.

Sementara tariannya, masih pada pakem Calonarang. Ada tarian sisya, Mpu Beradah, hingga pelawak selaku penerjemah bahasa kawi dalam pementasan, yang juga berperan dalam menceritakan alur pementasan pada penonton.

Baca juga: Patung Angsa 11 Meter Karya Seniman Ketut Putrayasa Jadi Ikon Bendungan Tamblang Buleleng

Di mana pelawak yang digandeng adalah Cedil, seorang maestro seni lawak Bali asal Gianyar. 


Happy Salma di sela-sela latihan tersebut menjelaskan, pementasan ini akan menjadi pertunjukan tradisi pertama yang dibawanya ke Jakarta.

Tidak ada artis nasional yang ikut dalam pementasan, semuanya adalah seniman lokal Bali.

Meski demikian, Happy tampak sangat bersemangat untuk pementasan ini nantinya. 


Sebab, per Jumat 1 September ini, dari 460 tiket per hari yang disediakan, sudah terjual 95 persen.

Total tiket selama pementasan kurang lebih 1500an.

"Sebuah hal yang luar biasa. Ini menunjukkan bahwa masyarakat sudah dewasa, mereka membutuhkan sisi pertunjukan lain. Di sini kita ingin mengenalkan ke Jakarta, apa itu Calonarang, jadi kita bawa 90 orang seniman dari Bali ke Jakarta," ujarnya.


Happy Salma menjelaskan, durasi pementasannya nanti selama dua jam. Seperti cerita calonarang pada umumnya, ini merupakan pementasan yang menceritakan tentang wabah.

Karena itu,  melalui pementasan ini, ia ingin memberitahu bahwa leluhur kita dulu telah mengenal wabah atau pandemi. 


"Kita ingin membagi apa yang dicatat oleh leluhur. Ada cerita tentang wabah, tentang pandemi. Leluhur kita sudah memberikan jalan, ini loh penetralnya. Yakni sudamala atau pembersihan. Ini cerita universal, bukan satu keyakinan saja," ujarnya.


Nicolas Saputra menambahkan, dalam pementasan ini, pihaknya ingin menyampaikan bahwa Bali bukan hanya pantai, beasch club dan tentang apa yang dikenal secara umum.

Namun Bali juga mepunyai pementasan sastra.

"Calonarang pernah dipentaskan di Paris 1991. Ini merupakan pementasan universal untuk dibawa keluar. Calonarang adalah kendaraan dari berbagai macam seni, baik musik, tarian dan sastra."

"Dalam pementasan ini, kami akan pertahankan bahasa kawi, tapi terjemahannya tetap bahasa Indonesia agar penonton di Jakarta memahami alur cerita," tandasnya. 


AA Ngurah Anom selaku penata kostum mengatakan, pihaknya akan membawa kostum sederhana. Hal tersebut untuk membuat penonton terbawa ke masa lalu.

"Kostum kita agak sederhanakan, agar penonton bisa terbius, bisa kembali ke masa lalu," ujarnya.


Prof I Wayan Rai menjelaskan bahwa kisah  Calonarang merupakan cerita yang diambil dari sastra Jawa, tepatnya pada masa kerajaan Majapahit.

Saat keruntuhan Majapahit, sastra ini dibawa ke Bali, dan disadur dalam pementasan dalam masa kerajaan Gelgel, di Klungkung. 


"Intinya, melalui cerita calonarang ini. Ini adalah sebuah ruatan (pembersihan). Di samping ruatan untuk diri sendiri juga untuk alam semesta," ujarnya. (*)

Berita Terkini