Berita Buleleng

Demer Desak Pembangunan Bandara di Buleleng

Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani
Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pemerintah kembali didesak untuk membangun bandara baru di Buleleng. Desakan kali ini muncul dari anggota Komisi VI DPR RI Gde Sumarjaya Linggih. Menurutnya pembangunan bandara ini, tidak hanya bentuk antisipasi overloadnya Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, namun juga untuk pemerataan pembangunan di Bali.

TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Pemerintah kembali didesak untuk membangun bandara baru di Buleleng.

Desakan kali ini muncul dari anggota Komisi VI DPR RI Gde Sumarjaya Linggih.

Menurutnya pembangunan bandara ini, tidak hanya bentuk antisipasi overloadnya Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, namun juga untuk pemerataan pembangunan di Bali.

Baca juga: Dihadiri Hingga 10 Ribu Pengunjung, Road To TGIF Univlox 2022 Sukses Digelar

Baca juga: Restorasi Pura Dalem Blahbatuh, Bupati Gianyar Serahkan Bantuan Rp 1,5 miliar


Politisi asal Desa Tajun, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng ini menyebut, landasan dan parkir Bandara I Gusti Ngurah Rai memang direncanakan akan diperpanjang sekitar 400 meter, dari yang ada saat ini 3.000 meter.

Namun ia menilai upaya memperpanjang landasan ini, hanya mampu bertahan pada 2030 mendatang.

Setelahnya bandara yang berlokasi di Bali Selatan itu akan kembali overload.

Selain itu sambung pria yang akrab disapa Demer ini, hotel-hotel juga akan terus berkembang.

Namun perkembangan itu hanya terjadi di sekitar wilayah Bali Selatan. Hal ini juga dikhawatirkan dapat memicu terjadinya perang tarif hotel.

"Maka sebelum 2030, bandara harus sudah berdiri di Buleleng. Kalau tidak, perang tarif hotel akan terjadi. Karena tidak bisa dibendung, hotel akan bertambah terus sementara untuk masuk lewat bandara terbatas," jelasnya saat berkunjung ke Buleleng Minggu (5/3/2023).

Melihat kondisi itu, Demer juga menyebut budaya istiadat di Bali juga dikhawatirkan akan perlahan hilang.

Sebab masyarakat kelas bawah yang ada di Bali Selatan tidak tahan dengan tingginya biaya hidup. Sehingga memilih untuk pindah atau mencari pekerjaan di daerah lain.

Pemerintah kembali didesak untuk membangun bandara baru di Buleleng. Desakan kali ini muncul dari anggota Komisi VI DPR RI Gde Sumarjaya Linggih. Menurutnya pembangunan bandara ini, tidak hanya bentuk antisipasi overloadnya Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, namun juga untuk pemerataan pembangunan di Bali. (Ratu Ayu Astri Desiani/ Tribun Bali)

"Sementara adat budaya itu erat dengan tempat tinggal. Jangan sampai seperti Jakarta, mana orang betawinya sekarang.

Orang Bali bisa pindah karena tidak tahan dengan biaya hidup yang terlalu mahal, tidak cukup untuk makan dan biaya sekolah. Mereka akan memilih pindah ke Klungkung, Tabanan atau daerah yang lebih jauh lagi," terangnya.

Demer menegaskan, Gubernur Bali Wayan Koster saat ini harus memperjuangan pembangunan bandara di Buleleng. Agar pembangunan di Bali lebih merata. Terlebih kata dia Koster merupakan putra Buleleng.

"Koster jangan kanan kiri lagi. Apalagi dia putra Buleleng, mari sekarang kita tuntut. Jangan hanya bicara shortcut saja," tandasnya. (*)

Berita Terkini