Berita Bali

Peternak Babi di Bali Menjerit, Harga Babi Anjlok, Harga Pakan Meroket, GUPBI Minta Tetapkan HET

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

BIBIT BABI – Peternak babi asal Bangli, Wayan Sukadana, menunjukkan bibit babi peliharaannya belum lama ini. Peternak babi di Bali terancam merugi.

TRIBUN-BALI.COM, BANGLI – Peternak babi di Bali kini menjerit dan gigit jari.

Harga babi kian anjlok, sebaliknya harga pakan melambung tinggi. Mereka pun berpotensi merugi.

Seorang peternak babi rumahan di Desa Kubu, Bangli, I Wayan Sukadana, mengungkapkan harga babi saat ini bahkan anjlok hingga di kisaran Rp 32 ribu per kilo.

Harga tersebut mengalami penurunan Rp 2 ribu, dibandingkan saat hari raya Galungan awal Agustus 2023.

"Sejatinya saat hari raya Galungan harga babi justru turun, dengan pertimbangan babi digunakan untuk beryadnya. Harga babi biasanya baru naik setelah hari raya. Namun realitanya justru anjlok," ujarnya, Minggu 27 Agustus 2023.

Baca juga: Peternak Terus Merugi, GUPBI Bali Harap Harga Babi Saat Galungan Minimal Rp40 Ribu Per Kilogram

Diakui Sukadana, harga babi memang tergolong rentan terpengaruh isu-isu yang beredar.

Seperti pada tahun 2019 saat muncul isu ASF, harga babi dari yang semula Rp 28 ribu per kilo, anjlok di kisaran harga Rp 10 ribu hingga Rp 15 ribu per kilo.

Sekitar awal dan akhir tahun 2021, harga babi meroket di angka Rp 50 ribu hingga Rp 55 ribu per kilo.

Ini dikarenakan stok babi di peternak rumahan kosong, lantaran banyak babi yang mati akibat ASF.

Sejak tahun 2022 grafik harga babi kembali mengalami penurunan.

Dari awalnya Rp 45 ribu per kilo, hingga kini terus turun.

Menurut Sukadana, kondisi ini tidak terlepas dari berbagai isu yang beredar.

Mulai dari ASF, PMK, hingga penyakit meningitis yang merebak akhir-akhir ini.

Anjloknya harga babi di harga Rp 32 ribu per kilo saat ini, sangat dirasakan pedihnya bagi peternak.

Pasalnya harga tersebut sangat timpang dengan ongkos pemeliharaan.

Terlebih harga pakan saat ini sedang meroket.

"Misalnya harga pakan jadi (pelet). Pada tahun 2019 harganya berkisar Rp 250 ribu hingga Rp 300 ribu per zak (25 kilogram). Sedangkan saat ini dengan harga babi di level Rp 32 ribu per kilo, harganya sudah mencapai Rp 500 ribu hingga Rp 510 ribu per zak," sebut peternak yang sebelumnya lama bekerja di kapal pesiar ini.

Sukadana menyebut biaya operasional khususnya pakan seekor babi membutuhkan sekitar enam zak.

Jumlah tersebut untuk penggemukan hingga bobot babi mencapai 100 kilo, atau layak dikirim ke luar Bali.

Jika ditambah dengan bibit babi, maka diperkirakan total biaya per satu ekor mencapai Rp 3.4 juta.

"Andaikan harga babi per ekor di kisaran Rp 35 ribu, peternak pun masih sapih (pakpuk). Sedangkan realitanya saat ini harga babi Rp 32 ribu per kilo. Artinya peternak mengalami kerugian Rp 300 ribu per ekor. Sementara di pasaran, harga daging babi potong masih tergolong mahal. Yakni Rp 85 ribu per kilo," tegasnya.

Kerugian Rp 300 ribu per ekor, tentu bukanlah nominal kecil.

Namun peternak seolah tidak punya pilihan lain.

Sebab peternak tetap akan merugi apabila babi yang siap dipanen justru tidak dijual.

Sukadana juga menilai solusi pemerintah mengenai subsidi harga pakan, agaknya kurang optimal.

Terlebih realitanya penurunan harga babi tidak bisa diprediksi.

Untuk itu pihaknya memohon agar pemerintah menentukan harga eceran tertinggi (HET) untuk babi.

Ini untuk melindungi peternak rumahan.

Mengingat khusunya di Bali, hampir 40 persen masyarakatnya bergerak di bidang pertanian dan peternakan.

"Menurut saya solusi yang lebih tepat adalah pemerintah yang menentukan harga terendah dan tertinggi untuk babi. Dengan demikian para peternak akan merasa aman apabila terjadi kenaikan harga pakan. Sebab harga tersebut pastinya akan mengikuti harga pakan," tandasnya.

Campur Tangan Pemerintah

Ketua Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (GUPBI) Bali, I Ketut Hari Suyasa, menyebut semua peternak kecil kini mengeluh akan harga babi dan pakan babi yang tidak sebanding.

"Harga babi turun sudah terjadi dari sebelum hari raya Galungan. Namun kita berusaha menaikkan saat hari raya, agar para peternak bisa tersenyum lega," ucapnya, Minggu 27 Agustus 2023.

Pihaknya mengaku harga babi kini masih dibawah angka rata-rata.

Bahkan harga babi masih stagnan di angka Rp 30 ribu/kg sampai Rp 33 ribu/kg.

"Jauh dari harga normal atau kembali modal. Minimal dengan harga pakan naik, harga babi semestinya Rp 40 ribu/kg," ucap Suyasa.

Pihaknya mengaku keluhan peternak ini tidak bisa diselesaikan sebelum ada campur tangan pemerintah.

Mengingat pemangku kebijakan adalah pemerintah.

"Masalah ini saya sudah koordinasikan dengan pemerintah khususnya Dinas Perternakan Provinsi Bali. Namun belum ada solusi, mengingat tidak bisa mengambil keputusan langsung," ucapnya.

Pihaknya berharap pemerintah hadir dan menentukan harga atau penetapan HET untuk babi.

Sehingga peternak di bawah tidak takut untuk memelihara babi.

"Karena harga pakan jauh tinggi, jadi peternak kecil takut memelihara babi lagi. Apalagi sebelumnya diserang dengan isu virus ASF dan meningitis itu," jelasnya.

Lebih lanjut, pria asal Abiansemal Badung itu mengaku bahwa realita di lapangan babi Bali sangat banyak dikirim ke luar.

Hanya saja kini tidak setara dengan penjualan dengan pemeliharaan yang dilakukan.

"Mestinya pemerintah ada solusi untuk masalah tersebut. Dudukkanlah bersama antara peternak, GUPBI, hingga pemangku kebijakan," ucapnya.

Dengan tidak stabilnya harga babi, banyak sekali tengkulak atau sodagar yang memanfaatkan peternak.

Bahkan babi peternak dijual dengan harga yang jauh dari pasaran

"Mestinya dilakukan penetapan harga. Saya selaku ketua GUPBI juga tidak bisa berbuat banyak. Namun sebelumnya kita memang terus berupaya agar harga babi terus meningkat minimal Rp 40 ribu/kg," imbuhnya. (mer/gus)

GUPBI Bali Temui Perusahaan Pakan Ternak

UNTUK menekan harga pakan ternak terus naik, Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (GUPBI) Bali menemui beberapa perusahaan yang menjual pakan ternak di Bali.

Perusahaan yang ditemui di antaranya PT Charoen Pokphand Indonesia (CPI) cabang Bali dan PT Karya Prospek Satwa (KPS).

Ketua GUPBI Bali I Ketut Hari Suyasa mengatakan pertemuan yang dilakukan untuk membahas dan mencari solusi dengan situasi saat ini.

Diakui adapun hasil rapat dapat disepakati dengan perusahan pakan ternak itu yakni PT CPI memberikan subsidi harga pakan berlaku mulai tanggal 25 Agustus 2023.

"Kesepakatan awal dari PT CPI memberikan subsidi seperti pakan jadi dengan kode 552, NP52, 556, NP56 memberikan subsidi harga sebesar Rp 10.000 /zak atau Rp 200/kg," kata Hari Suyasa, Minggu 27 Agustus 2023

Pihaknya mengakui, untuk konsentrat 152 dan 157 mendapatkan subsidi harga Rp 25.000/zak atau Rp 500/kg.

Begitu juga untuk pakan jadi dengan kode 555 atau pakan babi finisher memberikan harga yang murah yakni Rp 335.000/zak.

"Jadi kami juga memberikan saran ke Pemerintah Provinsi Bali untuk membuat ketentuan batas harga terendah untuk harga babi hidup yang dijual masyarakat," ucapnya.

Pria asal Abiansemal, Badung, itu mengaku akan tetap berusaha dan menjaga budidaya babi tetap ajeg dan bisa menjadi sumber pendapatan untuk masyarakat Bali.

"Kami harap pemerintah turun langsung melihat kondisi di lapangan. Kasihan peternak-peternak kita yang memelihara babi saat ini," jelasnya. (gus)

Kumpulan Artikel Bali

Berita Terkini