TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - RSUP Sanglah, atau yang kini bernama Rumah Sakit Umum Pusat Prof Ngoerah Bali, kembali melakukan kremasi pada jenazah telantar.
Agenda kremasi jenazah telantar ini, memang rutin dilakukan setiap tahunnya. Kali ini pada 2023, sebanyak 16 jenazah dilakukan kremasi yang bertempat di di Krematorium Mumbul.
Pemulasaraan jenazah dilakukan dua hari, hari pertama pada, Rabu 4 Oktober 2023 dan Kamis 5 Oktober 2023.
Direktur Layanan Operasional RSUP Prof Ngoerah Bali, Dokter I Gusti Lanang, menyatakan dari 16 jenazah terdiri dari 15 jenazah dari RSUP Prof Ngoerah Bali dan satu lagi warga negara asing (WNA) Jerman dari RS Bali Mandara.
Baca juga: Cuaca Panas dan Kemarau Memungkinkan Kebakaran Hutan Masih Akan Terjadi di Karangasem, Ini Kata BPBD
Baca juga: Pemprov Bali Optimistis LRT, Targetkan Groundbreaking Paling Lambat Juni 2024
Proses sehingga akhirnya bisa dikremasi panjang dan rumit.
Pihak rumah sakit harus benar-benar mendapat kejelasan, mereka tidak mendapat pengakuan dari keluarga. Sehingga bisa sah dinyatakan telantar.
Kemudian, institusi terkait menyerahkan ke RSUP Prof Ngoerah Bali, dan melakukan kremasi secara massal.
Karena proses kremasi jenazah butuh kepastian hukum, ada jenazah sudah dua tahun disimpan di RSUP Prof Ngoerah Bali.
"Jenazah ini telantar ada dua tahun Agustus 2021dan terakhir Maret 2022. Setelah menelusuri kedutaan terkait bisa diserahkan akhirnya memeroleh kejelasan sehingga tidak ada diakui dikategorikan telantar sehingga diambil alih massal," ucapnya.
Lanang mengatakan, pemilihan hari kremasi berdasarkan hari baik menurut agama Hindu.
Dari 15 jenazah dari RSUP Prof Ngoerah Bali, delapan diantaranya dewasa dan tujuh masih bayi. Selain itu tiga WNA.
Satu Jerman dan dua orang Australia. Pembiayaan kremasi jenazah terlantar dari program corporate social responsibility (CSR). Jumlah biaya pembebasan perawatan dan penitipan jenazah di RSUP Prof Ngoerah Bali sebesar Rp. 2.386.276.800. (*)