Semua pengungsi tersebut juga berasal dari luar Bali. “Dari arahan Bapak PJ Gubernur, untuk pengungsi kami pulangkan ke daerah asalnya dan dibantu oleh provinsi mulai hari ini,” kata Wali Kota.
Pengungsi ini diberikan waktu tiga hari untuk pulang ke daerah asalnya. Selama tiga hari ini mereka dirawat di kantor Kelurahan Serangan. Setidaknya ada 63 orang pengungsi yang berada di kantor Kelurahan Serangan dari balita, anak-anak, hingga lansia.
“Selama tiga hari ke depan kami siapkan untuk mereka yang mau pulang. Namun mereka memilih pulang mandiri naik motor,” katanya. Nantinya jika kebakaran TPA Suwung sudah berakhir, mereka akan diizinkan kembali untuk datang. Hal ini karena mereka dianggap memiliki peran dalam memperkecil volume sampah.
Penanganan kebakaran TPA Suwung pun menggunakan metode injeksi air. Selain itu, penanganan juga dilaksanakan dengan dua helikopter water bombing dan pasukan pemadam kebakaran.
Dengan proses pemadaman menggunakan injeksi air diharapkan mempercepat proses pemadaman api kebakaran TPA Suwung. Hal ini terutama mampu menghentikan persebaran titik api.
"Berbagai upaya telah dilakukan untuk penanganan kebakaran melalui berbagai strategi. Yang terbaru adalah Injeksi Air yang mulai diterapkan per hari ini," ujarnya.
Dijelaskannya, sebelumnya beragam strategi juga telah diterapkan. Pertama yakni helikopter water bombing BNPB yang semula satu kini ditambah menjadi dua helikopter.
Kedua, optimalisasi penanganan darat dengan personel pemadam kebakaran dan yang terbaru adalah menggunakan metode injeksi air dengan alat yang langsung didatangkan dari Sulawesi dukungan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI.
Dikatakannya, proses injeksi air ini menggunakan pipa dan disemprotkan dengan air yang telah dicampurkan bahan kimia untuk pendinginan lokasi titik api.
"Proses penyisiran lokasi kebakaran TPA Suwung terus dilakukan semoga musibah kebakaran ini dapat kita atasi segera dengan kolaborasi dan dukungan dari semua pihak hingga TNI dan Polri," ujar Jaya Negara.
Khawatir Jadi Bom Waktu
KEBAKARAN di TPA Suwung diminta lebih menjadi atensi pemerintah. Hal tersebut dikatakan Pengamat Lingkungan sekaligus Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Udayana, I Gusti Bagus Wijaya Kusuma.
“Harus segera menjadi perhatian pemerintah yang serius. Tempat itu sudah berdiri sejak 1980-an. Berarti berusia 40 tahun dan tumpukan sampah sudah 30 meter,” kata Wijaya, Senin (16/10).
Dikhawatirkan TPA Suwung ini akan menjadi bom waktu, terlebih gas metana yang ada pada sampah akan membahayakan. Dan gas metana yang terperangkap pada sampah yang sudah lama bahkan telah berubah menjadi humus. Wijaya juga mengatakan agar secepatnya Penjabat Gubernur Provinsi Bali Sang Made Mahendra Jaya mengambil langkah cepat untuk mengatasi sampah di TPA Suwung.
“Seperti melakukan bidding mengundang pengusaha yang bisa menangani sampah tersebut. Jangan dibatasi metodenya, karena sampah bisa dimanfaatkan selain listrik, seperti untuk batako dan paving. Bebaskan metodenya, tidak dibatasi yang penting dalam misalkan 5 tahun sampah selesai," bebernya.