TRIBUN-BALI.COM, BANGLI - Belum genap dua pekan di Bulan Desember, harga cabai rawit merah di pasar tradisional terus meroket.
Pantauan di Pasar Kidul Bangli, harga kebutuhan dapur itu telah menembus angka Rp 90 ribu hingga Rp 100 ribu per kilo.
Seperti diungkapkan salah satu pedagang bernama Ni Ketut Sutriani, Minggu (10/12/2023).
Kata dia, naiknya harga cabai rawit merah sudah terjadi sejak satu setengah bulan lalu. Dari harga normal Rp 35 ribu per kilo, menjadi Rp 40 ribu per kilo.
Baca juga: Pelajar 13 Tahun Tewas Tenggelam di Pantai Biaung Denpasar, Diduga Akibat Terseret Ombak
"Dari sejak kenaikan itu harga cabai terus naik. Kenaikan harga pun tidak bertahap. Bisa Rp 5 ribu, bahkan bisa sampai Rp 20 ribu,”
“Memang sempat turun saat harganya Rp 80 ribu, menjadi Rp 75 ribu. Namun tak berselang lama kembali naik,”
“Hingga kini harganya sudah menyentuh Rp 90 ribu hingga Rp 100 ribu per kilo," sebutnya.
Menurut pedagang asal Banjar Tegal, Kelurahan Bebalang, Bangli itu, kenaikan harga cabai rawit merah lebih dipengaruhi oleh perubahan musim.
Dari musim kemarau menjadi musim hujan.
Baca juga: Pemasangan Bendera Partai Politik di Badung Sakiti Pohon Perindang
"Alhasil banyak petani mengalami gagal panen. Karena produksi petani turun, sedangkan permintaan masih tinggi, maka harganya naik," kata dia.
Mengingat musim penghujan yang diperkirakan masih berlangsung hingga Februari, pihaknya tidak menampik masih ada potensi kenaikan harga cabai rawit merah yang lebih tinggi.
Diperkirakan harga komoditas ini bisa lebih dari Rp 100 ribu per kilo.
"Beberapa tahun sebelumnya sempat tembus diatas Rp 125 ribu per kilo," ucapnya.
Pengaruh musim hujan terhadap harga kebutuhan pangan, tak hanya terjadi pada cabai saja. Komoditas lain seperti Labu Siam juga tak kalah meroket harganya.
Sutriani menyebut harga Labu Siam dari awalnya Rp 20 ribu per kantong kresek, kini telah menyentuh Rp 90 ribu per kantong kresek.