TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Harga cabai di Kabupaten Badung jelang Natal dan Tahun Baru meroket. Tingginya harga cabai di Gumi Keris di disinyalir karena faktor cuaca yang menyebabkan menurunnya produksi komiditi tersebut.
Dari informasi yang didapat, jenis cabai yang harganya melambung tinggi yank cabai besar merah dan cabai rawit merah. Selain cabai, ada juga kebutuhan pokok yang mengalami kenaikan harga seperti Bawang Merah, Bawang Putih, Gula Pasir, Gula Merah dan Daging Ayam Ras.
Namun dari pantauan harga di sejumlah pasar di Badung pada Senin 11 Desember 2023 harganya berpariasi. Akan tetapi masih digatrgorikan tingga karena selisihnya sedikit.
Pada Pasar Kuta II, Mengwi, Blahkiuh, Jimbaran, Dalung-Padang Luwih-Tuka, dan Petang harga cabai merah besar rata-rata berada di harga Rp 72.800 dengan harga tertinggi Rp 80.000. Sedangkan harga cabai rawit merah harga rata-rata Rp 85.700 dengan harga tertinggi Rp 93.300.
Baca juga: Setelah di Kaji, PUPR Badung Sebut Wilayah Jemeng Sangeh Bisa Dibangun TPST
Baca juga: Jelang Nataru Makanan Kadaluarsa Menjadi Atensi Dinas Koperasi dan UMK Badung
Kondisi ini tidak jauh berbeda dari data Dinas Koprasi dan UMK Badung pada Jumat, 8 Desember 2023 lalu, di mana cabai merah besar dengan harga terendah Rp 65.000 harga tertinggi Rp 80.000, serta cabai rawit merah harga terendah Rp 81.700 dan harga tertinggi Rp 93.300.
Selain cabai, komoditi yang lain juga naik seperti harga bawang merah rata-rata Rp 29.800 dan harga tertingginya Rp 33.300, gula pasir rata-rata di harga Rp 15.600 dan harga tertinggi Rp 17.700.
Kabag Perekonomian Setda Badung, AA Sagung Rosyawati mengakui hal itu. Pihaknya mengaku dari identifikasi penyebab perubahan harga, kenaikan harga cabai merah dan cabai rawit meningkat sehubungan dengan produksi petani cabai di Bali atau luar Bali menurun. Menurunnya produktivitas cabai itu karena pengaruh cuaca kemarau beberapa bulan lalu.
"Pemicu kenaikan cabai karena produksi turun akibat cuaca. Kalau dilihat dari tahun-tahun sebelumnya, kenaikan ini masih akan terjadi sampai bulan-bulan awal di tahun depan," ujarnya.
Diakui, kemarau panjang kekeringan ekstrim akibat El Nino juga menyebabkan kenaikan harga pada bawang merah, beras, dan gula pasir. Kendati demikian Rosyawati mengakui, kegiatan pengendalian inflasi yang telah dilakukan antara lain pemantauan harga dan stok untuk memastikan barang kebutuhan pokok tersedia secara berkala.
Baca juga: Harga Cabai Rawit Di Tingkat Petani Capai Rp 80 Ribu Per Kilogram
Baca juga: Kurang Dari Dua Bulan Harga Cabai Tembus Rp 100 Ribu per Kilo, Harga Terus Naik
"Termasuk melaksanakan pemantauan distributor kita lakukan. Pemantauan dilakukan berdasarkan informasi minimnya ketersediaan gula pasir.
Bahkan ada yang kosong di beberapa toko modern di Badung dan Denpasar, serta sempat adanya pembatasan pembelian gula pasir kepada konsumen," ucapnya sembari mengatakan saat ini sudah mulai membaik.
Pihaknya mengakui pemantauan distributor dilaksanakan pada 6 Desember 2023 laku di Perum Bulog Sempidi, PT Crystal dan UD Dewata Sembako.
Dari hasil pemantauan dapat disimpulkan bahwa distribusi gula pasir curah, beras, minyak goreng dan tepung terigu lancar, sehingga ketersediaan pasokan komoditas tersebut terjaga.
Namun dari pengelola PT Crystal diperoleh informasi bahwa Bappanas menerbitkan SE Nomor : 1105/TS.02.02/B/11/2023, tanggal 3 Nopember 2023, perihal Penyesuaian Harga Gula Konsumsi di Tingkat Konsumen.
"Kemungkinan dengan SE tersebut sebagai penyebab kelangkan gula pasir kemasan sehingga distributor tidak memiliki stok gula pasir kemasan, karena mempertimbangkan margin yang diperoleh," jelasnya.
Selain rutin melakukan pemantauan harga, Pemkab Badung juga akan melakukan pemantauan Barang kedaluarsa jelang natal dan tahun baru ini. Pemantauan sendiri akan dilakukan bersama BPOM. (*)