Berita Buleleng

BOCAH Usia 5 Tahun Asal Klungkung Jadi Korban, DBD di Buleleng Capai 515 Kasus

Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani
Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi - Kepala Dinas Kesehatan Buleleng dr Sucipto pada Selasa (16/4) mengatakan, kasus DBD banyak terjadi di wilayah Kecamatan Buleleng, Sukasada dan Gerokgak. Bahkan terdapat satu kasus kematian yang disebabkan oleh gigitan nyamuk aedes aegypti ini. Seorang bocah berinisial QKM (5) meninggal dunia pada Minggu (14/4) kemarin, setelah sempat dilarikan ke RSUD Buleleng.

TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Buleleng saat ini cukup tinggi.

Sejak Januari hingga Selasa (16/4/2024) saja, tercatat sudah ada 515 kasus DBD yang terjadi.

Bahkan penyakit tersebut telah merenggut nyawa seorang bocah berusia lima tahun.

Kepala Dinas Kesehatan Buleleng, Dokter Sucipto, pada Selasa (16/4/2024) mengatakan, kasus DBD banyak terjadi di wilayah Kecamatan Buleleng, Sukasada dan Gerokgak.

Bahkan terdapat satu kasus kematian, yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypti ini.

Seorang bocah berinisial QKM (5) meninggal dunia pada Minggu (14/4) kemarin, setelah sempat dilarikan ke RSUD Buleleng.

Baca juga: ASITA Jadi Lokomotif Pariwisata Bali, Berharap Dukungan Pemerintah Khususnya Atasi Sampah & Macet!

Baca juga: HARGA BBM Bisa Naik! Dampak Perang Iran-Israel,Menteri ESDM Berharap Eskalasi di Timur Tengah Mereda

Ilustrasi mayat - Seorang bocah berinisial QKM (5) meninggal dunia pada Minggu (14/4) kemarin, setelah sempat dilarikan ke RSUD Buleleng. (Tribun Bali/Prima)

Dokter Sucipto menyebut, bocah perempuan yang tinggal di Desa Kaliunda, Klungkung itu mulai mengalami gejala DBD sejak Selasa (9/4/2024) lalu, dengan keluhan demam.

Sehingga dilarikan oleh orangtuanya ke rumah sakit yang ada di Klungkung, lalu diputuskan untuk dirujuk ke RSUP Prof Ngoerah Denpasar.

Saat itu bocah malang tersebut hanya menjalani rawat jalan. Sehingga keesokan harinya pada Rabu (10/4), QKM diajak oleh orangtuanya untuk mudik lebaran ke Desa Celukan Bawang, Kecamatan Gerokgak, Buleleng.

Saat mudik itu, bocah tersebut kembali mengalami demam, sehingga keluarga mengajaknya ke Gilimanuk, untuk menjalani pengobatan dengan cara dipijat.

Bukannya membaik, pada Minggu (14/4) dinihari keadaan bocah tersebut semakin memburuk. Tubuhnya lemas.

Keluarga pun melarikannya ke RSUD Tangguwisia Seririt, lalu dirujuk ke RSUD Buleleng.

Namun sayang, setelah beberapa jam diberikan penanganan, bocah malang itu dinyatakan meninggal dunia sekitar pukul 20.54 Wita.

Dokter Sucipto menyebut tingginya kasus DBD ini terjadi, karena peralihan musim hujan ke kemarau.

Kasus kematian pun katanya sejatinya dapat dicegah, bila mendapat penanganan yang cepat.

"Kalau sudah panas naik turun selama berhari-hari penanganan harus cepat. Segera dilarikan ke fasilitas kesehatan sehingga masa kritis bisa dilewati. Kebanyakan kasus kami temukan pasien dilarikan ke rumah sakit saat kondisinya sudah memburuk," terangnya.

Meski fogging telah dilakukan, namun dr Sucipto berharap masyarakat juga aktif melakukan pemberantasan nyamuk dengan menjaga kebersihan lingkungan dengan teknik 3M (Mengubur, menguras dan menutup).

Hal ini dilakukan mengingat fogging hanya dapat membunuh nyamuk dewasa. Bahkan bila takaran obatnya tidak tepat, fogging justru membuat nyamuk aedes aegypti semakin kebal.

"Fogging tidak bagus untuk ekosistem sekitar dan hanya membunuh nyamuk dewasa. Sementara jentiknya masih tetap hidup dan akan tumbuh menjadi nyamuk dewasa.

Kadang desa juga kerap memilih untuk fogging sendiri. Kalau campurannya tidak tepat, nyamuk justru akan semakin kebal. Jadi fogging itu harus koordinasi dengan petugas kami, sehingga campurannya tepat," tandasnya. (*)

 

Berita Terkini