Kata Kadek, banyak sekali pemotor yang masuk ke gang ini karena macet di jalanan utama depan mall. Bahkan ia memasang plang pembatas tiga bahasa Indonesia, Inggris dan Bali yang bertuliskan ‘Dilarang masuk di gang ini. Dilarang parkir di area gang ini. Ada mobil keluar masuk’.
“Kalau ini (macet di Sanur) mungkin karena weekend ya. Jadi Sabtu kebetulan karena ada live music. Jadi buat macet. Jam 3 sore biasanya ada tanda-tanda (macet) sampai malam. Tamu pada komplain setiap hari mendengar suara motor di gangnya,” imbuhnya.
Harapan Kadek kedepannya dengan dibukanya Icon Bali ini semoga kearifan lokal Sanur tidak mulai memudar. Terlebih banyak tamu-tamu sudah mulai komplain karena Sanur dikenal dengan wisata kota tua. Menurutnya, mall ini bagus, namun kurang tepat untuk Sanur sebab akses jalan di Sanur kecil.
“Di sini kota tua. Sebenarnya tidak cocok dekat mall. Sebenarnya yang cocok itu tempat wisata edukasi turis. Oke boleh ada supermarket, tapi jangan segede ini. Marketplace-nya saja hanya dilingkari oleh pasar tradisional Sanur. Macet itu kita yang terganggu penduduk asli. Kita tersingkirkan. Dan hampir semua tidak ada orang asli Sanur yang bekerja di dalam mall. Penduduk pribumi sedikit kecewa. Kearifan lokal sebaiknya tetap dijaga agar tidak seperti Kuta, Canggu,” katanya. (sup/sar)