Maya menambahkan kehadiran musik di institusi kesehatan juga tidak hanya untuk menolong pasien tapi juga para tenaga kesehatan, dimana stress level mereka bisa menurun dan mereka bisa lebih optimal dalam bekerja.
“Bahkan dengan musik bisa menurunkan kadar anastesi yang digunakan. Jadi untuk pasien-pasien lansia kalau perlu ada operasi bisa memudahkan minimum anastesi jadi mengurangi toksin-toksin yang masuk ke dalam tubuh,” kata Maya.
Direktur Utama Pusat Kesehatan Jiwa Nasional - RS Marzoeki Mahdi, Dr. dr. Nova Riyanti Yusuf, Sp.KJ, menjelaskan ada banyak hal yang dapat mempengaruhi kesehatan mental. Salah satunya juga dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti perubahan iklim, polusi, hingga kemacetan di suatu kota.
Sehingga diperlukan beragam aktivitas guna mempersiapkan dan mendukung orang dengan gangguan jiwa untuk dapat mandiri dan kembali ke masyarakat serta berfungsi kembali untuk bekerja.
“Jadi yang penting tidak terjadi self-diagnosis, itu yang selalu benar-benar kita imbau, please get some help dan jangan stigmatize yourself bahwa kamu mengalami gangguan jiwa, belum tentu. Tapi aware tentang mental health is good,” ujar Nova.
Talkshow Sound Healing dengan tema “Kesehatan Mental dan Upaya Pencegahan” juga menghadirkan Direktur Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan, Drg. Vensya Sitohang, M. Epid dan President of World Vegan Organization (WVO) & Vegan Society of Indonesia (VSI), Dr. Susianto Tseng, M.K.M. sebagai narasumber.
Dalam kegiatan yang dihadiri oleh pegawai internal Kemenparekraf, serta gabungan dari Pemda Jakarta, akademisi, asosiasi, hingga industri wisata kebugaran itu juga digelar praktik terapi Sound Healing kurang lebih 30 menit dengan metode permainan harpa yang dibimbing oleh Harpist, Actor, Music, Sound, and Frequency BioResonance Practitioner, Maya Hasan, CMP.