TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Membentuk jiwa yang merdeka jadi salah satu tujuan pendidikan inklusif yang didorong oleh Kurikulum Merdeka.
Termasuk bagi penyandang disabilitas yang memiliki potensi tersendiri.
Pesan sarat makna ini diangkat dalam pertunjukan kontemporer oleh Kitapoleng Foundation, bertajuk "Punakawan: Jiwa yang Merdeka."
Ditampilkan dalam pembukaan kegiatan Gateways Study Visit Indonesia (GSVI) 2024, pementasan ini memadukan kesenian wayang kulit dan angklung, sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO dari Indonesia.
Baca juga: 1.434 Disabilitas di Denpasar Masuk DPT, Dinsos Berharap Ada Jalur Khusus dan Pendampingan di TPS
Dialog dan narasi ditampilkan secara apik menggunakan bahasa isyarat dan media baru.
Pertunjukan ini menampilkan sejumlah murid dari SLB Negeri 1 Badung dan SLB YPAC D.
Mereka memberikan contoh konkret tentang bagaimana diversifikasi pembelajaran yang menekankan proses belajar yang menyenangkan dan sesuai minat dapat mendorong individu mencapai diri yang optimal.
“Saya percaya, seni adalah salah satu bentuk medium ekspresi paling efektif bagi individu untuk menunjukkan keunikan dan potensinya. Termasuk bagi teman-teman disabilitas, yang juga memiliki kesempatan setara untuk berkarya,” kata Pendiri dan Direktur Artistik Kitapoleng, Dibal Ranuh, Senin 1 Oktober 2024.
Inspirasi ini yang ingin kami sampaikan dalam pementasan "Punakawan: Jiwa yang Merdeka."
“Sebagai tokoh dalam pewayangan Indonesia, para Punakawan, yang memiliki keterbatasan fisik, justru mengingatkan kita tentang harmoni dan kekuatan individu, melebihi batas-batas fisik,” imbuhnya.
Sementara itu, pendiri dan koreografer Kitapoleng Foundation, Jasmine Okubo, menyebut proses kreatif dan latihan yang melibatkan dua sekolah luar biasa ini berlangsung kurang dari satu bulan.
Dengan pementasan ini, baik Dibal maupun Jasmine sama-sama ingin menyemangati teman-teman bisu, tuli, maupun penyandang disabilitas untuk berkesenian.
Dengan demikian, pada masa depan mereka mandiri dan semangat melanjutkan sekolah hingga jenjang perkuliahan.
Lebih lanjut, pementasan ini diharapkan dapat memberi inspirasi sekaligus menggambarkan harapan sejumlah orang tua yang memiliki anak dengan disabilitas.
Untuk dapat mencapai potensi berkembang yang optimal, anak dengan disabilitas perlu dukungan semua pihak dalam menciptakan lingkungan yang inklusif dan setara.