Berita Bali

Obat Eliminasi dan Bius Mahal, Dinas Pertanian Bali Sebut Tak Ada Eliminasi Anjing Liar

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wayan Sunada, Kepala Dinas PKP Bali.

TRIBUN-BALI.COM - Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, Wayan Sunada kembali membantah bahwa pihaknya akan melakukan eliminasi anjing liar. Sunada menegaskan tidak ada kegiatan eliminasi pada anjing liar di Bali.

“Eliminasi anjing itu tidak ada, kita juga tidak punya anggaran untuk itu, mengingat obat untuk eliminasi itu obat apa namanya itu mahal banget. Untuk suntik bius saja kita enggak punya itu membutuhkan anggaran yang banyak.

Tahun 2024 ini kita tidak punya anggaran untuk itu. Bagaimana kita bisa eliminasi? Anggaran saja tidak ada?” kata Sunada saat ditemui di Denpasar, pada, Selasa (29/10). 

Ia juga menekankan tidak ada dari pihak Pemprov Bali yang akan melakukan eliminasi pada anjing liar. Terlebih biaya operasional (BOP) untuk eliminasi tidak tersedia.

Baca juga: BECAK LISTRIK di Bali, Pengoperasian Pertama di Jatiluwih, Wiranto Sebut Ini, Kecepatan 15 Km/Jam

Baca juga: NASIB Tenaga Kontrak Dinkes Bali Tanpa Kejelasan, Direkrut Saat Pandemi, Susah Daftar PPPK

“Cuma ada untuk pembelian vaksin saja, itupun ada kabupaten-kabupaten yang punya BOP, makanya persentase vaksinasi kita sampai dengan tanggal 23 Oktober itu, 72,51 persen dari populasi anjing 600.000 ekor tertinggi di Bali. 

Untuk populasi anjing di Bali tertinggi untuk seluruh Indonesia,” kata dia. 
Sebelumnya, ramai isu semua anjing liar di Bali akan ditangkap dan diberi waktu dua minggu sebelum disuntik mati.

Kabar tersebut pun sudah dibantah Pj. Gubernur Bali, Sang Made Mahendra Jaya. Ketika dikonfirmasi, Mahendra mengatakan belum ada rencana untuk mengeliminasi anjing liar di Bali. 

“Belum ada rencana eliminasi. Rencana yang ada, adalah bagaimana optimalisasi vaksinasi anjing untuk cegah rabies, termasuk anjing liar,” kata Mahendra, Senin (14/10) kemarin. 

Menurutnya informasi yang beredar di sosial media tersebut tidak tersampaikan secara utuh. “Kita perlu mencegah atau mengeliminir kasus-kasus rabies, mengingat membahayakan keselamatan jiwa,” ujarnya. (sar) 

Berita Terkini