“Misal apakah ada sport and art center, atau membuat areal balapan, yang di situ ada atraksi pariwisata dan anak muda menyalurkan hobi di sana dan efeknya ke ekonomi,” paparnya.
Selanjutnya, pelaku seni yang menjadi pendukung pariwisata juga harus mendapat perhatian.
Jangan sampai ada pelaku seni Bali yang tampil di sebuah hotel hanya dibayar murah, sedangkan ada pelaku seni dari luar Bali dibayar lebih mahal.
Subanda juga berharap, pemimpin Bali ke depan memberikan ruang ke anak-anak muda menjadi subjek pembangunan Bali termasuk pariwisata.
"Semua harus real, tidak boleh sama. Di Ubud beda dengan Buleleng, Karangasem dan daerah lainnya," katanya.
Juga harus bisa menghadirkan investor yang tidak merusak dan sesuai tata ruang Bali.
"Pemimpin Bali ke depan harus bisa janjikan grand desain pembangunan Bali yang bisa meningkatkan kualitas pariwisata dan masyarakat berperan jadi subjek pembangunan terutama kalangan generasi muda. Disparitas pembangunan juga harus dilakukan sehingga pariwisata itu tidak hanya milik Badung, Denpasar, atau Gianyar, namun juga berkembang di daerah lain. Bersinergi antara kabupaten dan kota," katanya. (*)