Budaya

10 Objek Pemajuan Kebudayaan & 1 Cagar Budaya Jadi Kosentrasi FGD Jelang Kongres pada Desember 2024

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Obrolan penting membahas masa depan seni dan budaya Bali, menarik di dalam FGD Diskusi Terpumpun VI Manuskrip dan Bahasa, Kongres Kebudayaan Bali IV Tahun 2024.  FGD ini sudah berlangsung sejak 11-18 November 2024. Sebelum nantinya menjadi bahan Kongres Kebudayaan pada Desember 2024.

"Ini cara membumikan. Mulai dari PAUD setuju saya, tapi jangan dikasi lontar pusing anak-anak. Caranya bagaimana? dengan gending rare anggon dipakai mengajari," sebutnya.

Sistem pendidikan orang Bali itu, berbasis seni dan nyanyian. Sehingga guru Bahasa Bali tidak boleh alergi magending. Sehingga anak-anak bisa tahu dan bisa jadi belajarnya. Dari belajar, tahu baru profesional. 

Gde Nala Antara, Dosen Bahasa, Aksara dan Sastra Bali di Universitas Udayana, mengamini apa yang dikatakan Prof Suarka. 

"Ketika siswa belajar Basa Bali jangan sampai kurang menyenangkan dan membuat mereka terbebani. Melajah sambil magending dan magending sambil melajah.

Ada hal yang sangat menarik, ketika saya sodorkan topik tentang 10 tembang itu malah ada guru tidak bisa magending," sebutnya.

Kemampuan guru Basa Bali belum optimal ini yang perlu dioptimalisasi. Termasuk penyuluh juga, perlu edukasi penataran, diklat, dan lain sebagainya. 

"Itulah perlu pembaharuan berkaitan dengan konsep itu. Pengetahuan selalu berubah dan berkembang, bahasa, sastra dan aksara Bali pun demikian," katanya. 

Upaya berkesinambungan dari berbagai pihak, pemerintah, stakeholder, akademisi, dan masyarakat harus bergerak dan bekerjasama. Sehingga sinkroninasi dan implementasi bisa berjalan dengan baik. 

Gde Nala Antara pun berharap, pemimpin-pemimpin Bali ke depan baik provinsi dan kabupaten/kota bisa memikirkan ini dengan seksama. "Jangan hanya omon-omon saja," sebutnya. 

Obrolan penting membahas masa depan seni dan budaya Bali, menarik di dalam FGD Diskusi Terpumpun VI Manuskrip dan Bahasa, Kongres Kebudayaan Bali IV Tahun 2024.  FGD ini sudah berlangsung sejak 11-18 November 2024. Sebelum nantinya menjadi bahan Kongres Kebudayaan pada Desember 2024. (ISTIMEWA)

Prof Bandem, maestro seni dan budayawan Bali sangat mengapresiasi para penggiat seni dan budaya serta sastra dan bahasa berkumpul di FGD ini. 

"Hasil diskusi ini akan menjadi bekal kita pada Kongres Kebudayaan pada 6 Desember 2024 mendatang," sebutnya. 

Banyak pokok pikiran yang bisa dimasukkan, yang khususnya akan mengulas 10 Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) dan 1 cagar budaya. 

Pertama disusun pada 2018, jelas dia, pada waktu itu adalah Prof Suarka lalu Komang Asita dan ada rekan lain seperti Gde Nala Antara, dan beberapa teman lain.

Pada Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah (PPKD) 2018, walaupun masih banyak kekurangan karena waktu yang singkat. Namun akhirnya tersusun PPKD Provinsi Bali yang disusun, berdasarkan PPKD kabupaten/kota. 

"Memang sampai sekarang sesungguhnya masih lemah. Tetapi dengan adanya FGD selama 7 hari ini, kita memeroleh bayangan yang luar biasa," sebutnya.

Halaman
1234

Berita Terkini