204 Kasus HIV/AIDS Baru Ditemukan di Buleleng, Jasa Kencan lewat Aplikasi Jadi Faktor
TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Sebaran kasus HIV/AIDS di Kabupaten Buleleng masih tergolong tinggi, serta mengalami peningkatan.
Tak terkecuali di tahun 2024, yang mana temuan kasus baru mencapai 204 orang.
Berdasarkan data yang diterima tribun-bali.com, 204 temuan kasus baru ini tercatat pada periode Januari hingga Oktober.
Rinciannya 120 orang HIV dan 84 AIDS.
Baca juga: Ancaman Serius bagi Kalangan Usia Produktif, KPA Bali Beberkan Data Orang dengan HIV/AIDS
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Buleleng, dr Putu Arya Nugraha membenarkan ihwal data tersebut.
Bahkan diakui jika kasus HIV/AIDS di Kabupaten Buleleng dalam empat tahun belakangan terus mengalami peningkatan.
Misalnya di tahun 2021, di mana total HIV/AIDS tercatat sebanyak 128 kasus.
Di tahun 2022 tercatat 221 kasus, dan tahun 2023 tercatat 259 kasus.
Baca juga: Penderita Usia Produktif Tembus 40,3 Persen, Total 30.336 Kasus HIV/AIDS Sejak 1987 - Maret 2024
"Berdasarkan jenis kelaminnya, kasus HIV/AIDS ini lebih banyak diderita oleh laki-laki. Contoh jumlah kasus baru di tahun 2024, dari total 204 kasus itu, 124 di antaranya merupakan laki-laki. Sedangkan 80 sisanya merupakan perempuan," jelasnya, Senin (2/12/2024).
Lanjut dr Arya, alasan kenapa lebih banyak laki-laki mengidap HIV/AIDS dikarenakan aktivitas seksual laki-laki lebih tinggi daripada perempuan.
Namun adapula faktor lainnya yang juga berpengaruh.
Salah satunya narkoba. Yang mana penularannya melalui injeksi jarum suntik narkoba.
Baca juga: Data Terbaru Dinkes Gianyar, Kasus HIV Capai 741 Kasus, Sediakan Akses Pengobatan ARV
"Kalau ada jarum suntik yang dipakai pengidap HIV/AIDS kemudian digunakan oleh orang lain, efektivitas penularannya 90 sampai 100 persen," sebutnya.
Walau demikian adapula penularan secara tidak langsung, terhadap dampak penyalahgunaan narkoba.
Menurut dr Arya, narkoba menyebabkan seseorang pergaulannya lebih bebas, terlepas dari perangkatnya berupa jarum suntik.
"Penyalahgunaan narkoba salah satunya membuat peningkatkan resiko perilaku. Misalnya gairah meningkat, termasuk seksualitas. Tentu ini juga berisiko, apalagi jika dilakukan dengan pasangan yang berganti-ganti," ucapnya.
Selain narkoba yang menjadi faktor, menurut dr. Arya kemudahan memesan 'jasa kencan' melalui aplikasi hijau juga menjadi faktor penyebab naiknya kasus baru HIV/AIDS di Buleleng.
Namun menurut dr. Arya, hal ini lebih banyak terjadi pada kalangan remaja hingga pemuda.
Hal ini dibuktikan berdasarkan pengelompokan kasus baru HIV/AIDS di Buleleng tahun 2024.
Di mana kelompok usia 20-29 tahun paling mendominasi dengan 64 orang.
"Anak muda yang menggunakan aplikasi tersebut saat ini menjadi tren," imbuhnya.
dr Arya yang juga Direktur RSUD Buleleng ini mengungkapkan, diketahuinya ada penambahan kasus baru justru bukan karena adanya screening ataupun tracing.
Sebaliknya, kasus baru HIV/AIDS lebih banyak diketahui karena keluhan terhadap penyakit yang tak kunjung sembuh.
"HIV itu stadium 1 sampai 4. Namun rata-rata yang datang ke kita ini karena sudah memasuki stadium 3 atau 4. Oleh sebab itulah HIV/AIDS ini disebut fenomena gunung es. Sebab yang masih stadium 1 atau 2, itu tidak ada keluhan dan tidak tahu telah terjangkit HIV. Sehingga dia masih berhubungan seks dengan siapa saja. Makanya mudah menular," ungkapnya.
Adapun jika melihat dari data kumulatif sejak 1987 hingga September 2024, Buleleng menduduki peringkat ketiga kasus HIV/AIDS se Bali. Yakni dengan 3.863 kasus, di bawah Kota Denpasar dan Kabupaten Badung.
Menanggapi hal ini, dr Arya mengimbau kepada masyarakat yang memiliki perilaku beresiko terhadap penularan HIV/AIDS agar segera melakukan pemeriksaan ke Volintary Counseling and Testing (VCT).
Selain itu pihaknya mengimbau pada masyarakat agar tidak melakukan hubungan seksual apabila belum menikah (Abstinence/puasa seks).
Namun apabila sudah menikah, sebaiknya saling setia (Be faithful/saling setia).
"Kebanyakan yang terjadi, seseorang berganti-ganti pasangan dan melakukan aktivitas seksual, namun tidak menggunakan kondom. Terakhir, jangan coba-coba menggunakan narkoba suntik," tandasnya. (*)
Berita lainnya di HIV AIDS