“Saya pribadi tidak percaya pasti ada indikasi yang lain, tapi kami keluarga tetap menghormati proses hukum ini, kami kooperatif,” sambungnya.
Sodikin menjelaskan, bahwa sang adik memiliki kemampuan yang mendalam di bidang otomotif dan sudah menyelami bidang ini selama 25 tahun.
Bahkan mereka dari keluarga berpendidikan, Sodikin sendiri juga merupakan guru Bahasa Inggris dan penceramah anggota Lembaga Pendidikan dan Pengamalan Agama (LP2A).
“Saya sendiri juga seorang pendidik, saya juga anggota LP2A, penceramah pendakwah sering di Lapas untuk melatih warga binaan,” tutur dia.
Sodikin mengungkapkan bahwa dia dan sang adik juga memiliki rencana mendirikan Pondok Pesantren di Riau dan korban AI inilah yang nantinya bakal menduduki posisi sebagai Direktur Utama untuk life skill anak-anak pesantren di bidang otomotif. Oleh sebab itu, pihak keluarga sangat berharap nama baik sang adik dapat dipulihkan.
“Kalau di Bali sudah 10 tahun jadi montir, dan dia suka membantu orang, bahkan di dompetnya suka banyak menyedikan uang Rp 2.000-an lebih dari Rp 100 ribu, itu untuk dibagi-bagikan ke orang-orang yang dia temui, seperti pengemis dan lain-lain,” ucapnya. (ian)