TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Jebolnya jalan utama di Desa Bajera, Selemadeg, Tabanan memaksa pengalihan lalu lintas sehingga membuat jalan utama menuju Bedugul mengalami kemacetan parah.
Terpantau sampai hari ini, kerusakan jalan di depan Pasar Bajera, Tabanan masih terus dilakukan dan dipercepat.
Jebolnya jalan di Tabanan ini diprediksi akibat hujan deras dengan intensitas cukup tinggi.
Sehingga mengakibatkan kerusakan pada gorong-gorong dan badan jalan.
Baca juga: Kenalkan Selera Baru, Hiromi Restaurant Tawarkan Varian Sushi Platter yang Menggugah Selera
Saat ini BBPJN Jatim - Bali melalui PPK 1.3 Prov.Bali tengah melakukan koordinasi dengan stakeholder terkait untuk upaya pengamanan dengan melakukan pengalihan sementara arus lalu lintas, pemasangan rambu, pagar pengaman, serta alat keselamatan dan menyiagakan personil di lokasi kerusakan badan jalan.
PPK 1.3 Prov. Bali mengupayakan penanganan darurat dengan menyiagakan alat berat, serta menyiapkan steel sheet pile dan bahan saluran box culvert yang didatangkan secara bertahap.
Pengalihan sementara jalur utama ini diprediksi akan memaksa jalur Gilimanuk - Singaraja-Denpasar, Gilimanuk-Singaraja-Karangasem akan dipadati oleh truk-truk dan bus-bus besar.
Jadi sangat diharapkan bagi para pelancong dan wisatawan untuk mencari jalan alternatif lain agar tidak terjebak kemacetan terlalu lama.
Baca juga: TERIAKAN Minta Tolong Dikira Suara Hantu, Lukman Temukan Korban Hidup & Mati KMP Tunu Pratama Jaya!
Baca juga: Bupati Klungkung Salurkan Bantuan Jasa Raharja Keluarga Korban KMP Tanu Pratama Jaya
Kasat Lantas Polres Buleleng, AKP Bachtiar Arifin mengatakan, dari pantauan pihaknya pada Senin malam, kemacetan paling panjang terjadi di simpang Wanagiri.
Diduga penyebab kemacetan akibat pengemudi dari Denpasar menuju Gilimanuk tidak mengetahui harus melewati jalur mana.
"Kemacetannya kemarin kurang lebih mencapai 200 meter, cuman titiknya agak banyak," katanya.
Menyikapi kemacetan ini, pihaknya sudah memploting personel Satlantas untuk mengarahkan para pengemudi agar tetap berada di jalur Gitgit.
AKP Bachtiar juga mengungkapkan, titik kepadatan lalu lintas kebanyakan terjadi pada belokan-belokan di jalur Gitgit.
Kondisi ini diduga karena sopir kendaraan besar kurang menguasai medan, sehingga tidak mengetahui bagaimana cara berbelok.
"Itulah yang menghambat kendaraan saat melintas di jalur Gitgit tersebut. Sehingga banyak kendaraan roda empat akhirnya mengantri di belakang kendaraan besar," ucapnya.