PMI Bekerja di Luar Negeri

HANCURNYA Karir Pekerja di Kapal Pesiar, Simak 4 Faktor Penting Berikut Ini yang Harus Dihindari!

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI - Tribun Bali mendapatkan cerita ini dari 2 pekerja kapal pesiar wanita, nama mereka disamarkan untuk kepentingan privasi. Satu berasal dari Bali dan satu lagi berasal dari salah satu pulau terbesar di Indonesia. 

TRIBUN-BALI.COM - Seiring semakin sulitnya mencari pekerjaan di dalam negeri, dan kondisi PHK yang kian menghantui, banyak muda-mudi memilih bekerja ke luar negeri. 

Digaji dollar dan hidup layak menjadi mimpi, yang terbawa bersama koper dan paspor saat akan berangkat meninggalkan Bali.

Ada yang memilih bekerja di darat alias menetap di sebuah negera, ada pula yang memilih bekerja di kapal pesiar keliling dunia gratis dan malah digaji. 

Tetapi siapa sangka, tidak selamanya mimpi itu indah. Memang ada yang pulang menjadi jutawan, tetapi ada pula yang pulang menjadi gelandangan. 

Kenapa bisa demikian? simak alasan beberapa pekerja berikut ini dan tips and trick agar sukses bekerja di luar negeri khususnya di kapal pesiar. 

Baca juga: KISAH Nengah Okta Kerja di Luar Negeri, Tidak Semudah yang Dibayangkan, Tekanan Tinggi Hingga Gaji!

Baca juga: CALON PMI Ke Jepang Tetap Dapat Job Letter, Disnaker Sosialisasikan Pesan Pemerintah Jepang

ILUSTRASI - Seiring semakin sulitnya mencari pekerjaan di dalam negeri, dan kondisi PHK yang kian menghantui, banyak muda-mudi memilih bekerja ke luar negeri.  (Pixabay)

Tribun Bali mendapatkan cerita ini dari 2 pekerja kapal pesiar wanita, nama mereka disamarkan untuk kepentingan privasi. Satu berasal dari Bali dan satu lagi berasal dari salah satu pulau terbesar di Indonesia. 

Sarah (nama samaran), seorang wanita muda yang merantau ke Bali beberapa tahun lalu, akhirnya mendapatkan pekerjaan di sebuah hotel bintang lima. 

Gaji yang sesuai dan service yang lumayan, membuat ia bisa survive di Pulau Dewata. Sampai akhirnya pandemi Covid-19 memukul seluruh dunia. Sarah pun harus lay off alias PHK. 

Ia sempat pulang kampung, sampai akhirnya lamaran di sebuah agen kapal pesiar memanggilnya untuk berangkat. Pertama kali ia berangkat mengelilingi Eropa. 

Sarah mengaku sangat senang, ia akhirnya bisa bekerja dan bahkan keliling dunia tanpa harus keluar dana. Namun mimpi indah itu hanya sementara.

Bekerja di kapal pesiar tidak seindah yang ia bayangkan, 18 jam bahkan lebih ia harus bekerja dan berdiri melayani ribuan tamu sebagai waitres. Tidur malam bangun pagi buta. 

Selain lelah fisik, ia juga harus merasakan lelah mental karena bekerja dengan berbagai karakter manusia dari berbagai negara. Belum lagi jika ada drama-drama yang harus ia rasa selama berlayar di samudera. 

Mual saat ombak menerjang kapal, tidak lantas membuatnya bisa leha-leha. Ia tetap harus siaga dan bekerja bersama seluruh kru yang ada. 

Sarah pun hanya bisa pasrah, karena hal ini akan berulang selama 8 bulan ia bekerja di kapal pesiar. Ia hanya bisa menjaga dirinya sendiri, karena jika sakit atau tersandung kasus maka ia akan dipulangkan hari itu juga. 

Tiada ampun dan toleransi bekerja di kapal pesiar. Kamar kecil harus ia bagi bersama kawan pekerja lain, yang terkadang sifatnya seperti iblis. Sementara di sisi lain ia harus rehat karena besok harus kerja lagi.

Halaman
123

Berita Terkini