PMI Bekerja di Luar Negeri
KISAH Nengah Okta Kerja di Luar Negeri, Tidak Semudah yang Dibayangkan, Tekanan Tinggi Hingga Gaji!
Mereka menjadi PMI, demi bisa bekerja dan menghidupi keluarga. Banyak yang pulang membawa pundi dollar, banyak juga yang malah meregang nyawa.
Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM - Seiring dengan PHK massal di Indonesia, dan kian susahnya mencari pekerjaan di dalam negeri, banyak pemuda - pemudi mengadu nasib ke luar negeri.
Mereka menjadi PMI, demi bisa bekerja dan menghidupi keluarga. Banyak yang pulang membawa pundi dollar, banyak juga yang malah meregang nyawa.
Nengah Okta (32) adalah salah satu dari ribuan warga Jembrana, yang memilih bekerja ke luar negeri. Dia adalah seorang ayah satu anak yang memilih bekerja ke luar negeri sebagai pekerja di kapal pesiar untuk memperoleh penghasilan lebih tinggi.
Sebab, penghasilan pekerja di Indonesia tak sebanding dengan pekerjaan yang dia lakukan. Namun begitu, ia harus menanggung resiko yang begitu besar dan tak bisa dibayar oleh apapun karena harus bekerja jauh dari keluarga, kerabat serta teman.
Nengah menuturkan, sebelum memutuskan bekerja ke luar negeri, ia memang sempat bekerja di beberapa perusahaan di Bali khususnya pariwisata.
Jabatan terakhir pria lulusan sekolah tinggi pariwisata di Bali ini, adalah sebagai Club Supervisor di salah satu night club di Legian, Kuta, Badung.
Baca juga: 8 Mobil Digelapkan Wanita Asal Desa Tianyar Tengah Karangasem Bali
Baca juga: Kecelakaan Renggut Nyawa Ayah dan Anak di Jembrana Bali, Tabrak Pos Kamling dan Terpental
Menurutnya, selama bekerja di Bali banyak suka dan duka. Namun, dukanya adalah jika melihat penghasilan dengan pekerjaan, hanya cukup untuk bertahan. Terlebih lagi ketika sudah berkeluarga.
Sehingga ketika ada kesempatan untuk bekerja ke luar negeri, ia dengan tekad kuat mengikuti seleksi dan interview agar lulus sebagai karyawan di salah satu perusahaan kapal pesiar.
Jika di Bali ia sudah menjadi Club Supervisor, ia harus memulai dari bawah yakni menjadi Galley Attendant ketika bekerja di Kapal Pesiar.
Sementara sukanya adalah tinggal bersama keluarga kecil tercinta dan dekat dengan orang tua, keluarga besar serta teman-temannya.
"Akhirnya mulai bekerja di luar negeri ya di kapal pesiar. Terhitung mulai tahun 2023 lalu," kata pria asal Kecamatan Mendoyo, Jembrana ini saat dikonfirmasi, Minggu 27 Juli 2025.
Selama bekerja di luar negeri, kata dia, banyak pengalaman atau suka duka yang sudah dialami dirinya. Mulai dari jam kerja yang padat, tekanan pimpinan perusahaan, serta rasa rindu terhadap keluarga di Bali. Mengingat, dirinya harus bertahap bekerja selama kurang lebih 8 bulan di kapal pesiar.
"Pengalamannya ya high pressure disini (luar negeri). Akan tetapi, itu sebanding dengan apa yang didapat (penghasilan)," ungkapnya sembari menyebutkan lingkungan kerja lebih nyaman, karena semua sudah bekerja sesuai job desk masing-masing.
Namun begitu, dibalik penghasilan yang lebih tinggi, ia harus menahan duka yang tak bisa terbayarkan oleh apapun.
Meskipun saat ini menempati posisi assistant waiter di kapal pesiar, harus rela jauh dari anak dan istri, orang tua serta keluarga, dan teman-temannya di Bali.
Ribuan Warga Jembrana Bali Bekerja Di Luar Negeri, Terbanyak di Jepang, Ingin Perbaiki Ekonomi |
![]() |
---|
Kisah Made Eri, Kerja Di Bali Belasan Tahun Selalu Pas-pasan, Ke Jepang Untuk Penghasilan Tinggi |
![]() |
---|
Lamaran di Dalam Negeri Ditolak, Pekerja Migran Asal Bali Gede Dharma Nekat ke Jepang |
![]() |
---|
NEKAT ke Jepang Usai Lamaran Selalu Ditolak, Gede Dharma: Entah Bagaimana Standar Dalam Negeri! |
![]() |
---|
SOSOK Gede Kerja 3 Tahun di Jepang, Ditolak Kerja di Dalam Negeri Alasan Utama ke Luar Negeri |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.