Berita Klungkung

OMBAK Tinggi di Pesisir Kusamba, Lahan Pertanian Terendam Air Laut, Bangunan Warga Hancur

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kondisi di pesisir Pantai Mongalan di Desa Kusamba yang diterjang ombak tinggi, Senin (4/8/2025).

TRIBUN-BALI.COM - Ombak tinggi terjadi di pesisir Pantai Kusamba dalam sepekan terakhir. Kondisi ini tidak hanya memperparah abrasi di pesisir Kusamba, tapi juga merendam lahan pertanian warga, Selasa (5/8/2025).

Seorang petani asal Kusamba, Ketut Sukerta mengeluhkan air laut yang sampah ke lahan pertaniannya. Padahal padi yang ia tanam telah menguning dan siap panen.

"Ombak besar sudah terjadi 2 minggu belakangan. Lahan pertanian saya 1 petak kena ombak," ungkap Sukerta.

Luasan lahan garapan Sukerta yang terendam air laut sekitar 5 are. Kondisi itu membuatnya harus merugi. Selain hasil panen menurun, harga jual gabahnya juga anjlok.

Baca juga: 41 Warga Denpasar Cantumkan Aliran Kepercayaan di KTP, Terbanyak di Densel

Baca juga: Bangunan Warga di Pesisir Klungkung Porak-poranda, Lahan Pertanian Terendam Air Laut

ILUSTRASI - Luasan lahan garapan Sukerta yang terendam air laut sekitar 5 are. Kondisi itu membuatnya harus merugi. Selain hasil panen menurun, harga jual gabahnya juga anjlok. (Istimewa)

"Kalau terendam air laut, hasil gabah dari jumlah dan kualitas biasanya menurun," ungkapnya.

Jika 6 bulan lalu, menurutnya gabah hasil panen petani bisa dihargai Rp350 ribu per are. Setelah lahan pertanian warga diterjang ombak, gabah petani hanya dihargai Rp58 ribu per are.

Hal ini membuat petani merugi, karena sebelumnya petani harus mengeluarkan modal cukup tinggi untuk bibit, pupuk dan perawatan.

"Hasil habah jadi sangat turun," ungkapnya. Ia mengatakan, ombak tinggi biasanya terjadi malam hingga dini hari. Bahkan beberapa hari lalu, ombak tinggi mencapai 4 meter merusak beberapa bangunan di pesisir Pantai Mongalan. Termasuk gudang material yang saat ini sudah rusak parah.

Seorang buruh pengangkut material di pesisir Mongalam, Nengah Darta mengatakan, ada beberapa rumah warga di pesisir Mongalan yang rusak diterjang ombak.

Salah satu rumah yang terdampak paling parah adalah milik Mangku Rena. Dari bangunan yang sebelumnya utuh, hanya tersisa satu kamar yang bisa ditinggali.

Sementara itu, rumah milik warga lainnya, Dewa Aji juga mengalami kerusakan berat akibat ombak yang terus menghantam garis pantai

"Seminggu lalu, ombaknya setinggi bangunan. Sampai warung di sini sampai pindah," ungkap Darta.

Ia mengatakan ombak yang datang, menjangkau puluhan meter di daratan. Bangunan hancur, hingga pohon tumbang. Bahkan tanggul pantai yang dibangun untuk melindungi ladang penggaraman warga juga rusak diterjang ombak.

"Gudang material di sini saja sudah hilang, sudah di laut sekarang. Padahal 3 bulan lalu masih ada," ungkap dia.

Kondisi ini juga berdampak kepada buruh angkut material di Pesisir Mongalan. Saat ini dalam sehari hanya ada 1 sampan, yang melayani penyeberangan barang dari Klungkung ke Pulau Nusa Lembongan. Jika sebelumnya sehari bisa ada 3 kali keberangkatan.

Sehingga pendapatan warga setempat juga turun. Biasanya dalam sekali keberangkatan, buruh setempat mendapatkan upah Rp50 ribu sampai Rp100 ribu, untuk menaikan barang dari daratan menuju ke sampan.

"Saat ini hanya ada 1 sampan, biasanya 3 sampan. Informasinya sampan juga rusak karena terkena ombak tinggi," ungkap dia. (mit)


Peringatan Cuaca Buruk

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah III Denpasar bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali, mengeluarkan peringatan dini terkait potensi cuaca ekstrem yang melanda wilayah Bali pada awal Agustus 2025.

Berdasarkan informasi resmi yang dirilis BMKG, potensi gelombang tinggi, angin kencang, serta cuaca ekstrem diperkirakan terjadi pada 4–6 Agustus 2025. Prakiraan ini mencakup cuaca umum di wilayah Bali, prakiraan khusus daerah tujuan wisata.

Masyarakat, khususnya nelayan, wisatawan, dan pelaku usaha pariwisata, diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan dan rutin memantau informasi cuaca melalui laman resmi BMKG: https://cuaca.bmkg.go.id. (mit)

 

Berita Terkini