Sementara itu, Kota Banjarmasin menjadi kota dengan akselerasi pertumbuhan terbesar, yakni menjadi 2,25?ri 2,18% pada kuartal sebelumnya. Lalu di urutan kedua ada Kota Semarang dengan pertumbuhan 0,96?ri 0,85% pada kuartal sebelumnya.
Jika dibandingkan secara kuartalan, IHPR di pasar primer pada kuartal II-2025 juga menunjukkan pola serupa dengan pertumbuhan 0,18% secara kuartalan (QoQ), lebih rendah dari kuartal sebelumnya yang berada di level 0,25%.
Pun, itu terjadi seiring pertumbuhan harga rumah tipe kecil dan besar yang melambat, masing-masing menjadi 0,10?n 0,08% secara QoQ dari 0,21?n 0,27% secara QoQ pada kuartal sebelumnya. (kontan)
Faktor Kenaikan Harga Bahan Bangunan
Berdasarkan hasil Survei Harga Properti Residensial (SPHR) Bank Indonesia (BI), ditemukan setidaknya lima faktor yang menyebabkan penurunan penjualan properti hunian pada periode ini.
Penyebab utamanya adalah kenaikan harga bahan bangunan, disusul masalah perizinan atau birokrasi, dan suku bunga KPR.
Selain itu, faktor penghambat penjualan properti lainnya terkait proporsi uang muka yang dinilai tinggi dalam pengajuan KPR, serta masalah perpajakan. Bukan tanpa sebab KPR menjadi salah satu faktor yang sangat diperhatikan.
Menurut survei, 73,06% pembeli properti hunian dalam periode ini memang menggunakan skema KPR. Hanya 9,19% konsumen yang melakukan pembayaran tunai dan 17,75% yang melakukan pembayaran tunai bertahap.
Namun meski mendominasi, total nilai KPR dalam periode ini hanya tumbuh 7,81% secara YoY, melambat dari pertumbuhan 9,13% secara YoY pada kuartal sebelumnya. (kontan)