"Layangan tidak besar, tapi talinya yang besar. Kemungkinan saat layangannya jatuh, talinya tersangkut di pelinggih lalu ditarik-tarik sampai pelinggih jatuh," ungkapnya.
Setelah mengetahui pelinggihnya rusak. Pihaknya pun mencari jalur tali layangan tersebut untuk menemukan rumah pelaku. Namun dirinya tidak menemukan asal tali itu.
"Waktu itu, saya ikuti arah talinya. Tapi sudah hilang," ujarnya.
Tak kehabisan akal, Purna pun menahan layangan itu. Biasanya saat ada layangan jatuh, pemiliknya akan mencari.
Tak butuh waktu lama, sejumlah anak-anak pun mendatangi rumahnya untuk mencari layangan yang jatuh tersebut.
Namun dari anak-anak itu tak satupun dari mereka adalah pemilik layangan.
"Layangan ditahan supaya dicari. Lalu ada anak-anak ke sini. Lalu dibilang yang punya layangan adalah si anu. Setelah itu, anak saya mencari ke rumahnya," paparnya.
Wayan Adi Purnawan (28) selaku anak Purna mengatakan, pasca-dicari ke rumah pemilik layangan, orangtua pemilik layangan telah datang, meminta maaf dan menyatakan akan bertanggung jawab.
Namun sejauh mana tanggung jawabnya, dirinya belum bisa memastikan. Sebab kerugian atas kejadian ini belum dihitung.
"Yang punya layangan itu anak-anak, masih warga sini. Dan orangtuanya sudah minta maaf dan mau bertanggung jawab. Tanggung jawabnya masih pembahasan. Intinya masalah ini kami selesaikan secara kekeluargaan," ujarnya.
Adi pun berharap kejadian ini menjadi pelajaran semua pihak. Yakni, ketika layangannya jatuh dan tersangkut, agar tidak ditarik paksa.
"Kami juga suka bermain layangan, tapi, marilah kita jadikan ini sebagai pelajaran, agar tidak terulang lagi kejadian serupa. Kalau layangan jatuh dan tersangkut kencang, jangan ditarik paksa lagi," tegasnya. (weg)
Kumpulan Artikel Bali