TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Duel Ketua Pertina Bali Made Muliawan Arya alias De Gadjah melawan Bram Hendra Betaubun atau The Killer dituding setingan.
Sebagian pengguna media sosial menilai petinju asal Ambon peraih emas dua kali Pekan Olahraga Nasional (PON) dinilai tak tampil maksimal dalam ajang No Drama Fight Reborn, Minggu 24 Agustus 2025 malam.
Juga dinilai duel itu sudah diatur untuk memenangkan De Gadjah.
Terkait hal itu, Bram The Killer pun menepis tudingan itu.
Baca juga: HAJAR Petinju Emas PON, Bram The Killer Ditumbangkan De Gadjah di Ronde ke-4, Hadiah 200 USD
Bram mengaku tak pernah latihan lagi setelah meraih emas di PON 2024.
“Setelah saya juara PON 2024, saya tidak pernah latihan atau jaga badan, jadi itu sekitar setahunan saya off dalam latihan, bahkan sehari sebelum pertandingan kemarin saya tidak tidur,” ungkapnya, Selasa 26 Agustus 2025.
Bram mengaku selama berada di Bali, dirinya kurang menjaga kondisi tubuh.
“Selama di Bali saya minum-keluar malam-kurang tidur, ya karena merasa masih aman untuk fisik,” ujarnya.
Lebih jauh, ia menganggap duel melawan De Gadjah tidak perlu persiapan khusus.
“Menganggap Big Daddy bukan atlet jadi saya tidak ada persiapan sama sekali karena saya merasa umur saya masih oke dan fisik saya masih kuat untuk fight apalagi Big Daddy bukan atlet,” katanya.
Namun realita berbeda terjadi di atas ring. Bram mengakui kondisinya drop dan menerima pukulan telak lawannya.
“Ternyata saat pertandingan saya kehabisan napas, tidak kuat, lalu masuklah pukulan Big Daddy ke saya sampai dislokasi bahkan ada kena rahang saya, pukulannya ternyata keras di luar perkiraan saya,” tuturnya.
Terkait tudingan duel itu rekayasa, Bram menegaskan dirinya punya harga diri sebagai atlet nasional.
“Kalau ini dibilang settingan, saya sebagai atlet PON juga punya harga diri dan punya rasa tidak mau kalah. Jadi yang beranggapan seperti itu, silakan coba sparing sekali dua kali dengan Big Daddy, yang sama-sama bukan petinju atau petinju yang tidak pernah latihan silakan mau umurnya se saya atau se beliau, silakan coba rasain. Apalagi bobot beda 14 kg, saya 94, beliau 108,” tegasnya.
Ia bahkan menyebut, De Gadjah sudah terkenal tanpa perlu mencari popularitas dari ring tinju.
“Kalau kata orang, fight ini cuma mau buat Big Daddy terkenal, dia mah udah terkenal (mau di tinju, olahraga ataupun politik), mau terkenal kaya gimana lagi?” ujarnya.
Dari duel ini, Bram mengambil pelajaran berharga untuk tidak meremehkan lawan.
“Moral value dari fight dengan Big Daddy, ini pelajaran buat saya untuk tidak meremehkan lawan, harus tetap latihan meski lawan bukan atlet, istirahat yang cukup dan pola hidup yang baik untuk persiapan pertandingan. Intinya serius untuk pertandingan,” pungkasnya. (*)
Kumpulan Artikel Bali