Berita Bali
Desa Adat Dapat Gunakan Blockchain Untuk Pengelolaan Sampah, Ini Mekanismenya
Desa Adat Dapat Gunakan Blockchain Untuk Pengelolaan Sampah, Ini Mekanismenya
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Aloisius H Manggol
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR — Dharma Negara Alaya, Denpasar akan menjadi tuan rumah Bali Blockchain Summit (BBS) 2025. Bali Blockchain Summit merupakan sebuah forum internasional yang mempertemukan pemerintah, pelaku industri, akademisi, komunitas teknologi, hingga media dalam satu panggung besar.
Acara ini akan berlangsung pada Tanggal 30 Oktober 2025 sampai 31 Oktober 2025 mendatang.
Tema acara tersebut yakni ‘Blockchain for Protection and Sustainability: Building Digital Trust for @ Sustainable Future’. Acara ini ingin mengajak Indonesia melihat blockchain bukan sekadar teknologi finansial, melainkan fondasi penting untuk membangun masa depan digital yang lebih aman, transparan, dan berkelanjutan.
Baca juga: Kunci Jawaban Matematika Kelas 5 Halaman 74 75, Kurikulum Merdeka: Mengurutkan Potongan Pita
Sejak pertama kali digelar pada 2023, Bali Blockchain Summit telah tumbuh menjadi ruang tahunan bagi siapa saja yang percaya bahwa blockchain bisa membawa dampak nyata bagi masyarakat.
Tahun ini, lebih dari 3.000 peserta diperkirakan hadir, mereka akan terlibat dalam beragam agenda, mulai dari konferensi, diskusi panel, pameran teknologi, hingga sesi networking yang mempertemukan para pengambil kebijakan dan pemimpin industri.
Baca juga: 2 Pengendara Motor Alami Kecelakaan di By Pass Ngurah Rai, Satu Meninggal dan Dua Luka-Luka
Untuk menjangkau publik febih luas, acara ini juga menghadirkan aktivitas kreatif seperti kompetisi trivia, quiz cerdas cermat, hingga turnamen e-sport.
Terdapat hal unik dimana blockchain dapat digunakan di Desa Adat untuk pengelolaan sampah. Hal tersebut diungkapkan oleh, Ketua Penyelenggara Bali Blockchain Summit 2025, I Gede Putu Rahman Desyanta atau Gus Anta pada jumpa pers, Sabtu 27 September 2025. Mekanisme blockchain dalam pengurusan sampah itu lebih ke arah pembuktian dalam pengelolaan sampah.
“Jadi, kan mekanisme sekarang itu kan contohnya kita fokusnya ke komersialisasinya.
Jadi komersialisasi terkait dengan bagaimana sampah itu dikelola. Apakah benar sudah dikelola? Bagaimana mekanisme pengelolaannya? Itu kan ada bukti. Mekanisme verifikasi bukti bisa dengan blockchain. Seperti sertifikasi, green certificate,” jelas, Gus Anta.
Lebih lanjutnya ia mengatakan, saat ini yang terpenting adalah bagaimana kesadaran. Saat ini Bali Blockchain Summit 2025 bekerjasama dengan Malaysia dan Singapura untuk teknologi. Indonesia memang memiliki teknologi, namun keahlian sustainability dan pengelolaan sampah negara Malaysia dan Singapura lebih kuat.
“Jadi kita kerjasama dengan mereka, kita sebut proyeknya adalah Project Serumpun. Project ini yang bakal kita expose nanti di acara Bali Blockchain summits. Jadi itu sih yang sebenarnya kita lakukan dan ini bisa banget, cuma sekarang balik lagi masalahnya bukan pada teknologinya. Tapi, komitmen dari pimpinan desa adatnya sendiri nanti seperti apa, kemauan dari masyarakatnya untuk mulai belajar,” bebernya.
Dari 229 Hotel di Bali, Belum Ada yang Masuk Kategori Taat Lingkungan |
![]() |
---|
UANG Makan ASN Tak Dianggarkan Sejak 2021, Kepala BPKAD Bali Sebut Pemprov Bali Tetap Berikan TPP |
![]() |
---|
MIRIS! Akses Jalan Keluar-Masuk Ditutup GWK, Warga Harus Pinjam Lahan Orang |
![]() |
---|
Diduga Alami Depresi, WNA Asal Jepang Diamankan Petugas di Bandara Ngurah Rai |
![]() |
---|
Habiskan Budget Hingga Rp 5 Miliar, Patung The Octopus Queen Diresmikan di Nusa Penida |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.