Berita Bali

Instalasi Giant Octopus Soroti Alih Fungsi Lahan di Bali yang Kian Masif

Bali sedang dicengkeram oleh kekuatan modal yang menggurita dan dugaan praktik alih fungsi lahan yang gila-gilaan.

istimewa
Instalasi Giant Octopus karya seniman Ketut Putrayasa di Pantai Berawa. Instalasi Giant Octopus Soroti Alih Fungsi Lahan di Bali yang Kian Masif 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Seniman I Ketut Putrayasa membuat sebuah instalasi seni berjudul Giant Octopus.

Karya seniman I Ketut Putrayasa dipajang di pesisir Pantai Berawa pada Mei 2019. 

Kala itu, banyak yang menganggapnya sekadar karya dekoratif untuk memeriahkan Berawa Beach Arts Festival II. 

Namun, hari ini, di tengah masifnya pembangunan hotel dan vila yang tak terhenti, pesan simbolik dari gurita berkepala sembilan itu terasa semakin menjadi kenyataan yang menakutkan.

Baca juga: Bupati Angkat Bicara Polemik Lahan Pantai Tanjung Benoa Bali, Adi Arnawa: Ini Public Beach

Di mana Bali sedang dicengkeram oleh kekuatan modal yang menggurita dan dugaan praktik alih fungsi lahan yang gila-gilaan.

Putrayasa, sang penggagas, telah meletakkan sebuah alarm yang jelas bagi para penentu kebijakan. 

Instalasi Giant Octopus yang cerdas merefleksikan biota laut tercerdas dengan sembilan otak adalah metafora visual. 

Ia bukan sekadar hiasan, melainkan satire simbolik tentang bagaimana kepentingan kapitalis yang masif dan terstruktur rapi (menggurita) mulai mencengkeram Bali, terutama dari kawasan pesisirnya.

Pantai Berawa, yang kini nyaris rapat dikepung infrastruktur turistik, menjadi simpul kecil dari fenomena yang lebih besar. 

"Perkembangan industri pariwisata yang pesat di Kuta Utara, khususnya Berawa dan Canggu, telah memicu laju alih fungsi lahan pertanian yang drastis," kata Putrayasa, Rabu 15 Oktober 2025.

Baginya, cengkeraman gurita ini tidak hanya terlihat dari beton dan baja yang menggantikan sawah subak, tetapi juga dari laporan adanya pembangunan yang mengabaikan regulasi. 

Dampak dari alih fungsi lahan yang tak terkendali ini sudah mulai dirasakan masyarakat. 

Konversi lahan yang masif telah mengurangi area resapan air, yang pada akhirnya berkontribusi pada bencana banjir bandang di beberapa wilayah Badung dan Denpasar.

Pesisir Bali, yang seharusnya menjadi sumber kekuatan Blue Culture (nilai budaya bahari), Blue Economic (ekonomi kelautan), dan Blue Spirit (spiritualitas laut), kini seolah tak berdaya menghadapi tentakel-tentakel kapitalis.

Hari ini, patung Giant Octopus mungkin telah menghilang dari pantai. 

Sumber: Tribun Bali
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved