Bisnis
INDUSTRI Keramik Kembali Pulih, Produksi Naik 16 Persen Jadi 392,7 Juta M², Disokong Pasar Domestik
Kenaikan volume produksi dan utilisasi industri keramik terdorong oleh katalis positif dari kebijakan pemerintah.
TRIBUN-BALI.COM – Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) mengestimasikan volume produksi keramik nasional periode Januari - Oktober 2025 mencapai sekitar 392,7 juta meter⊃2;. Jumlah ini mencerminkan pertumbuhan sekitar 16 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.
Asaki juga mencatat perbaikan kinerja industri keramik nasional. Performa industri keramik terkerek naik oleh sejumlah kebijakan pemerintah serta strategi kolaborasi dari para pelaku usaha.
Ketua Umum Asaki, Edy Suyanto membeberkan volume produksi keramik terkerek naik oleh sejumlah faktor. Pertama, tingkat utilisasi produksi industri keramik nasional masih melaju di atas 70 % .
Asaki mencatat rata-rata utilisasi keramik nasional hingga Oktober 2025 berada di level 72,5 % . Utilisasi keramik pada awal kuartal IV-2025 naik dibandingkan posisi per semester I-2025, yang kala itu berada di level 71 % .
“Angka perbaikan tingkat utilisasi sesuai dengan prediksi Asaki. Peak season permintaaan keramik biasanya berada di semester kedua setiap tahunnya, khususnya bulan Agustus sampai dengan Desember,” ujar Edy, kemarin.
Kenaikan volume produksi dan utilisasi industri keramik terdorong oleh katalis positif dari kebijakan pemerintah.
Baca juga: ALIRAN Modal Asing Hengkang Rp 3,79 Triliun
Baca juga: Arti Mimpi Konser di Belakang Panggung, Peluang Besar Sedang Menantimu
Mulai dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ditanggung pemerintah, Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk kontraktor dan pengusaha bahan bangunan, Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) untuk 350.000 unit.
Kinerja industri keramik nasional terdongkrak oleh substitusi produk keramik impor dari China. Meski begitu, Edy memberikan catatan bahwa persaingan dengan produk impor masih menjadi tantangan bagi pelaku industri keramik nasional.
Asaki mencatat ada lonjakan volume impor dari sejumlah negara. Terutama dari Malaysia, dengan estimasi lonjakan impor sekitar 170 % , Vietnam (130 % ), dan India (120 % ).
“Asaki sedang mengumpulkan data dan informasi terkait peningkatan lonjakan angka impor dari India, Vietnam dan Malaysia, sebagai indikasi awal terjadi unfair trade dan transhipment produk dari China untuk menghindari bea masuk anti dumping dan safeguard,” terang Edy.
Edy menyoroti tiga kebijakan pemerintah yang dinilai pro-industri sehingga membawa multiplier effect yang mendongkrak kinerja industri keramik pada tahun 2025, setelah sebelumnya sempat tertekan oleh gempuran produk impor. Ketiga kebijakan itu adalah anti-dumping, safeguard, hingga penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) Wajib.
“Kebijakan tersebut memberikan dorongan besar bagi pemulihan sektor ini. Contohnya SNI yang proporsional untuk melindungi konsumen dan merupakan kebijakan yang mendukung kemajuan industri domestic,” jelas Edy dalam keterangan tertulis yang disiarkan pada Sabtu (15/11).
Di sisi yang lain, investasi di industri keramik juga masih menarik dengan adanya ekspansi kapasitas produksi. Edy mengatakan, pada tahun ini terdapat tambahan kapasitas produksi baru hingga 25 juta meter⊃2; dan berhasil menyerap sekitar 1.500 tenaga kerja baru.
Kebijakan pro-industri ditambah dengan meningkatnya kapasitas produksi membuat industri keramik nasional mampu menggantikan keramik impor, yang sebelumnya mencapai 80 juta meter⊃2;per tahun.
Selain itu, perbaikan industri keramik juga terdorong oleh strategi kolaborasi antara pelaku usaha. (kontan)
Konsep OEM Semakin Diminati
Ketua Umum Asaki, Edy Suyanto mengungkapkan, para importir kini bersinergi dengan produsen lokal melalui skema Original Equipment Manufacturing (OEM).
Dengan konsep ini, importir tidak lagi harus mendatangkan produk dari luar negeri, tetapi bekerja sama dengan pabrikan dalam negeri untuk memproduksi keramik dengan merek mereka sendiri.
“Hampir 90 % importir besar yang bonafide telah menandatangani kontrak OEM dengan industri keramik nasional, dan mereka mengaku lebih puas dibanding mengimpor sendiri,” ungkap Edy.
Edy membeberkan, industri keramik nasional menawarkan sejumlah kelebihan yang membuat konsep OEM semakin diminati. Pertama, kepastian pasokan dan ketepatan waktu pengiriman, sehingga tidak ada keterlambatan akibat proses logistik internasional.
Kedua, harga lebih stabil karena tidak dipengaruhi fluktuasi kurs valuta asing. Ketiga, pelayanan purna jual dan garansi kualitas yang tidak mungkin diperoleh jika melakukan impor langsung.
“Keunggulan tersebut membuat ekosistem industri keramik nasional semakin kompetitif, sekaligus memperkuat substitusi impor di sektor penunjang pembangunan dan properti," imbuh Edy.
Asaki menilai hasil ini menunjukkan efektivitas sinergi antara pemerintah, pelaku industri, dan pelaku pasar. Edy pun berharap kebijakan yang mendukung industri dalam negeri dapat terus dipertahankan sehingga pertumbuhan positif dapat berlanjut pada tahun-tahun berikutnya
“Dengan permintaan keramik nasional yang terus meningkat, ditambah kemampuan produsen dalam negeri yang semakin kuat, sektor keramik diproyeksikan akan menjadi salah satu motor penggerak industri manufaktur nasional pada tahun 2026,” tandas Edy. (kontan)
Proyeksi Tembus 73 % di Akhir 2025
Ketua Umum Asaki, Edy Suyanto menjelaskan industri keramik juga berhadapan dengan tantangan dari sisi bahan baku dan energi. Edy juga masih menyoroti persoalan pasokan dan harga gas industri, serta gangguan pasokan bahan baku keramik yakni clay dan feldspar yang mayoritas berasal dari Jawa Barat.
Di samping itu, Asaki berharap program 3 juta rumah dari pemerintah bisa segera terealisasi agar bisa mengerek naik permintaan keramik. Apabila berbagai tantangan tersebut bisa teratasi, Asaki memprediksi tingkat utilisasi industri keramik nasional bisa melaju di level 80 % .
“Seharusnya tingkat utilisasi keramik nasional tahun 2025 bisa berkisar 80 % - 85 % , jika didukung dengan kelancaran supply gas dan percepatan realisasi program 3 juta rumah,” ungkap Edy.
Mempertimbangkan berbagai kondisi, Asaki memproyeksikan tingkat utilisasi produksi keramik sampai akhir tahun 2025 mencapai 73 % . Level ini menunjukkan arah perbaikan dibandingkan tingkat utilisasi tahun 2024, yang kala itu berada di level 66 % .
Sedangkan secara volume, Asaki memproyeksikan total produksi keramik nasional pda tahun 2025 bisa mencapai sekitar 474,5 juta m⊃2;. Meningkat 15,16 % dibandingkan total produksi keramik pada tahun lalu, yakni sekitar 412 juta m⊃2;.
Asaki menargetkan tingkat utilisasi kapasitas produksi keramik nasional bisa lanjut naik pada tahun depan. Asaki memproyeksikan utilisasi industri keramik nasional pada tahun 2026 bisa mencapai 78 % - 80 % . (kontan)
| Menkeu Optimistis Ekonomi Tumbuh 6 Persen pada 2026 |
|
|---|
| DISTAN Cek Daging Babi di Pasar Tradisional Jelang Galungan |
|
|---|
| HARGA Bisa Rp50 Ribu Per Kg, Daging Babi Potong Naik Jelang Galungan, GUPBI Bali Jamin Stok Aman! |
|
|---|
| 2 CRUISE Mewah Sandar Bersamaan di Pelabuhan Benoa, Total 51 Sudah Sandar Hingga November 2025 |
|
|---|
| JELANG Galungan Harga Cabai dan Daging di Karangasem Stabil, Babi Siap Potong di Badung 11.792 Ekor |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/bali/foto/bank/originals/Pelanggan-mengamati-produk-lantai-keramik-di-gerai-ritel-bahan-bangunan.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.