Seni Budaya
Tumbuhkan Ekosistem Seni Pertunjukan Berkelanjutan, B-Part 2025 dan MTN Seni Budaya
Setelah tiga tahun menelusuri tema “Raga, Ruang, Ragam (Living Bodies, Shared Spaces, Plural Lifeways)”, festival ini memperluas perannya.
Melalui dukungan MTN, karya ini tidak hanya hadir di panggung, tetapi juga dalam percakapan lebih luas tentang penyembuhan dan waktu dalam tubuh sosial.
Sorotan lain dalam kolaborasi B-PART dan MTN Seni Budaya adalah MTN Market x B-PART 2025, forum profesional bertajuk “Menumbuhkan Pasar Seni Pertunjukan di Indonesia: Melihat Kekhasan dan Kepentingan Bersama.”
Forum ini mempertemukan berbagai inisiatif festival, dan pelaku seni pertunjukan dari seluruh Indonesia mulai dari BPAF / Pseudo Entertainment, Djakarta International Theater Platform (DITP), Festival Kebudayaan Yogyakarta, Festival Mentari, Garasi Performance Institute, Indonesian Dance Festival (IDF), Indonesia Dramatic Reading Festival (IDRF), JICON, Kala Monolog, Katalis Kolektif Koreografi, Paradance Festival, Salihara International Performing Arts Festival (SIPFest), Solo International Performing Arts (SIPA), Sasikirana Koreolab, Studio Plesungan, West Sumatra Performing Arts Market (WESPAM), hingga Yayasan Kelola.
MTN Market menggeser makna pasar dari sekadar ruang transaksi, menjadi ekosistem keberlanjutan: tempat di mana seniman, kurator, pengelola festival, dan penonton saling membentuk jejaring pengetahuan dan dukungan.
Kerjasama antara Bali Performing Arts Meeting (B-PART) dan MTN Seni Budaya, tidak berhenti pada penyelenggaraan festival semata. Kolaborasi ini menghadirkan dampak yang lebih luas membuka jalan bagi pembentukan ekosistem seni pertunjukan Indonesia yang berkelanjutan, reflektif, dan saling terhubung.
Selama ini, salah satu tantangan terbesar, seni pertunjukan di Indonesia adalah keberlangsungan proses kreatif. Banyak karya lahir dari semangat eksperimentasi, namun kerap terputus setelah pertunjukan selesai.
Melalui kolaborasi dengan MTN Seni Budaya, B-PART menghadirkan model kerja baru yang mempertemukan riset artistik, praktik penciptaan, dan penguatan jejaring profesional dalam satu siklus yang berkesinambungan.
“Kerjasama ini adalah percobaan bersama untuk menata ulang ekologi seni pertunjukan di Indonesia,” ujar Suma. “Bukan untuk menciptakan struktur baru, tetapi untuk memperkuat jaring yang sudah ada agar setiap seniman, komunitas, dan penonton dapat terus hidup dan belajar dari pertemuan mereka,” jelasnya. (*)
| PAHAMI Penunggalan Manusia & Alam Semesta, Prof Suarka Jelaskan Pentingnya Utsawa Dharma Gita 2025 | 
				      										 
												      	 | 
				    
|---|
| Penantian 37 Tahun, Karya Agung di Pura Nagasari Kutuh Sayan Akhirnya Bisa Digelar, Simak Alasannya | 
				      										 
												      	 | 
				    
|---|
| UTSAWA Dharma Gita ke-32 Siap Digelar, Disbud: Seluruh Kabupaten & Kota Se-Bali Agar Ambil Bagian | 
				      										 
												      	 | 
				    
|---|
| Prof I Wayan Dibia Luncurkan 3 Buku Sastra, Rayakan 50 Tahun Pernikahan, Total Tulis 65 Buku | 
				      										 
												      	 | 
				    
|---|
| RESMI Ditetapkan WBTb Tingkat Nasional, Gending Ancag-Ancagan Kesiman dan Baris Gede Telek Sanur | 
				      										 
												      	 | 
				    
|---|

                
												      	
												      	
												      	
												      	
												      	
				
			
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.