Seniman Bali

Refleksi Kritis Pariwisata Bali, Film Roots Karya Michael Schindhelm Diputar di Bali

Jango Pramartha dari Jango Creative House dan Bog Bog menilai Roots bukan sekadar kritik terhadap perkembangan Bali.

istimewa
Pemutaran film Roots Karya Michael Schindhelm di Jango Creative House. Film Roots Karya Michael Schindhelm Diputar di Bali, Refleksi Kritis Pariwisata Bali 

TRIBUN-BALI.COM - Film dokumenter fiksi berjudul “Roots” karya sutradara dan seniman Michael Schindhelm diputar di Bali. Karya ini menyoroti perjalanan Bali dari masa lalu hingga kini, menggali kisah yang jarang terungkap.

Film Roots mendapat sambutan hangat dari berbagai kalangan. Karya ini menyoroti perjalanan Bali dari masa lalu hingga kini, menggali kisah yang jarang diungkap tentang kebangkitan Pulau Dewata sebagai destinasi wisata dunia dan perjuangan masyarakatnya menjaga jati diri budaya di tengah gempuran modernitas.

Film ini menampilkan kisah simbolik ketika arwah pelukis legendaris Walter Spies yang seratus tahun silam menjadi saksi awal transformasi Bali, “kembali” ke pulau ini.

Melalui narasi imajiner tersebut, Schindhelm mengajukan pertanyaan reflektif, apa yang sesungguhnya terjadi pada Bali setelah modernitas dan pariwisata datang bersamaan dengan warisan Spies?

 

Baca juga: SENANG Lihat Siswa Terima Ayam Kentucky, Bupati Bangli Tinjau Peluncuran Program MBG di Susut

Baca juga: HANYA 600 Mahasiswa Lolos Verifikasi Program 1 Keluarga 1 Sarjana

 

Dengan melibatkan lebih dari 100 seniman lintas genre, Roots menampilkan potret mendalam tentang perubahan sosial dan budaya yang dihadapi masyarakat Bali.

Jango Pramartha dari Jango Creative House dan Bog Bog menilai Roots bukan sekadar kritik terhadap perkembangan Bali, tetapi juga cermin untuk menatap masa depannya. 

“Film ini menjadi sarana membangun ingatan kolektif atas apa yang telah terjadi, agar kita bisa bertindak lebih bijak di masa depan,” ujarnya dalam rilisnya, Senin (3/11).

Ia juga menyoroti bagaimana era media sosial membuat masyarakat seolah terus-menerus disuguhi persoalan, dan Roots hadir sebagai ruang refleksi yang lebih jernih dan menyentuh. Jango Pramartha menegaskan bahwa Denpasar memiliki sejarah panjang dalam perjalanan pariwisata Bali

“Sejak berdirinya Bali Hotel, kota ini menjadi episentrum penting budaya dan ekonomi. Melalui film Roots, catatan sejarah itu kembali dihidupkan. Kami berharap kegiatan seperti ini dapat memicu gerakan budaya lintas generasi yang menjaga semangat dan nilai-nilai Bali,” katanya.

Selain memutar Roots, dalam kunjungannya ke Bali kali ini Michael Schindhelm juga mempersembahkan dua film dokumenter lainnya yakni The Chinese Lives of Uli Sigg dan In the Mood of Art di Universitas Warmadewa Denpasar. 

Kegiatan ini diinisiasi oleh Popo Danes Architect bekerja sama dengan Kecunduk Institute dan Jimbaran Hijau. Schindhelm turut mengunjungi kawasan Jimbaran Hub, yang kini berkembang sebagai laboratorium kebudayaan baru di Bali Selatan. 

Di sana, ia berdialog dengan para seniman lokal dan berbagi pandangan tentang proyek seninya After the Deluge, sebuah karya konseptual yang membayangkan tenggelamnya kota Basel di Swiss untuk mengajak publik merenungkan upaya penyelamatan kota dan lingkungan.

Putu Agung Prianta dari Jimbaran Hijau Foundation, yang juga menjadi salah satu inisiator kedatangan Schindhelm ke Bali, menyampaikan apresiasinya.

“Kehadiran Michael Schindhelm sangat berarti bagi dunia seni dan arsitektur di Bali. Ia tidak hanya berbagi pengetahuan dan pengalaman, tetapi juga membuka ruang dialog lintas disiplin demi masa depan kebudayaan yang berkelanjutan,” ujarnya. (i putu supartika)

 

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved