Berita Jembrana

Ribuan Pohon Ditanam di Jembrana Serangkaian Tumpek Wariga

Satu per satu pohon keras berbagai jenis ditanam di wilayah pendamping hutan, sepanjang daerah aliran sungai (DAS) hingga pesisir di Jembrana

Istimewa
PENANAMAN - Aksi penanaman ribuan bibit pohon di wilayah pendamping hutan, sepanjang daerah aliran sungai (DAS) hingga pesisir di Jembrana, Minggu 26 Oktober 2025. 

TRIBUN-BALI.COM, JEMBRANA - Satu per satu pohon keras berbagai jenis ditanam di wilayah pendamping hutan, sepanjang daerah aliran sungai (DAS) hingga pesisir di Jembrana, Minggu 26 Oktober 2025.

Adalah gerakan "gotong royong semesta berencana" serangkaian Rahina Tumpek Wariga. Apalagi di Jembrana diketahui kerawanan bencana seperti banjir dan longsor.

Menurut data yang berhasil diperoleh, jumlah pohon yang ditanam yakni sebanyak 5.075 batang yang terdiri dari pohon durian, manggis, pala, alpukat, sukun, majegau, mahoni, dan mangrove.

Baca juga: Pemkab Jembrana Akan Tertibkan Kebijakan Dispensasi PBG dan Disinsentif Gedung Fungsi Usaha

Di kawasan Mangrove Tuwed Park sendiri, sebanyak 5.000 pohon jenis mangrove bruguiera ditanam yang melibatkan 500an peserta.

Jadi total keseluruhan melibatkan 1.100 peserta.

Selain penanaman pohon, juga dilakukan aksi bersih-bersih di beberapa titik sepanjang daerah aliran sungai (DAS).

Total ada 8 titik lokasi yang jadi fokus utama kegiatan kali ini seperti di Kawasan Puncak Mawar, Kelurahan Pendem dan selanjutnya pada titik-titik yang termasuk DAS Tukad Ijo Gading.

Baca juga: Jembrana Investment Service Centre Resmi Luncur, Siap Permudah Akses dan Percepat Layanan Investasi!

Selain itu, kegiatan penanaman pohon mangrove juga berlangsung di kawasan Mangrove Tuwed Park, Desa Tuwed dan lainnya.

Tumpek Wariga merupakan hari suci yang didedikasikan untuk tumbuh-tumbuhan dan alam, dimaknai secara Niskala (spiritual) melalui persembahyangan dan Sakala (nyata) dengan aksi pelestarian lingkungan.

Selain aksi nyata ini, Sabtu 25 Oktober 2025 kemarin juga sudah dilaksanakan upacara Tumpek Wariga di dua lokasi yakni Pura Manggala Sari dan Pura Wana Mertha yang berada di Kelurahan Baler Bale Agung Kecamatan Negara.

Bupati Jembrana, I Made Kembang Hartawan  yang memimpin langsung gerakan ini menjelaskan, rahina Tumpek Wariga kali ini tidak hanya melaksanakan persembahyangan.

Namun, juga dengan perbuatan nyata, bergotong royong menanam pohon dan membersihkan sungai kita. 

Baca juga: Pemkab Jembrana Salurkan Hibah Rp2 Miliar Lebih, Perkuat Sektor Budaya dan Kelompok Masyarakat

"Gerakan Semesta Berencana ini adalah wujud nyata rasa Bhakti kita kepada alam," ujarnya. 

Bupati Kembang yang didampingi Wabup I Gede Ngurah Patriana Krisna serta jajaran Forkopimda Jembrana menyebutkan, penanaman pohon yang dilakukan mencangkup ratusan bibit pohon keras seperti mahoni, alpukat, dan trembesi yang memiliki fungsi penting sebagai penguat struktur tanah di bantaran sungai dan kawasan hulu, sekaligus meningkatkan daerah resapan air. Disisi lain, ribuan pohon mangrove yang ditanam juga sebagai langkah untuk pelindung alami pesisir.

"Selain mencegah abrasi, hutan mangrove juga menyerap emisi karbon dan menjadi tempat hidup bagi banyak biota laut. Penanaman ini adalah investasi jangka panjang bagi generasi mendatang," ucapnya.

Dalam sambutan yang diterima, Gubernur Bali, Wayan Koster via daring menyampaikan kegiatan Gotong Royong Semesta Berencana dilaksanakan serentak di seluruh Bali dengan dua fokus kegiatan yakni penanaman pohon dan pembersihan sungai.

Tujuannya untuk menjaga ekosistem alam, mencegah banjir saat musim hujan, serta menumbuhkan kesadaran kolektif tentang pentingnya merawat lingkungan.

"Gotong Royong Semesta Berencana ini adalah tindak lanjut dari perayaan Tumpek Wariga. Kita melaksanakan penanaman pohon dan bersih-bersih sungai di seluruh bali agar aliran air tidak tersumbat pada musim hujan, sekaligus menjaga kelestarian alam Bali," ujar Gubernur Koster.

Ia menegaskan, kegiatan ini merupakan wujud nyata penerapan nilai-nilai Sad Kerthi, khususnya Wana Kerthi dan Danu Kerthi, yakni menjaga keharmonisan antara manusia dengan alam melalui pelestarian hutan dan sumber air.

"Tanpa alam yang terjaga, manusia tidak akan bisa hidup. Karena itu, leluhur kita telah mengajarkan pentingnya menjaga keseimbangan."

"Jangan hanya mengambil, tetapi juga harus merawat. Kalau alam terus dirusak, lama-lama habis sumber kehidupan kita," tandasnya. (*)

 

Berita lainnya di Tumpek Wariga

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved