Berita Jembrana

SELAMATKAN Sumber Daya Demi Anak Cucu, Tirtanovasi, Langkah Siswa SMPN 1 Penebel Hadapi Krisis Air!

Sekolah ini berhasil menerapkan Sistem Tower Ganda dua menara air yang menampung air hujan dan mendaur ulang air bekas cuci tangan.

ISTIMEWA
PRAKTIKAN - Siswa SMAN 1 Penebel Putu krisna Jaya Mahendra dan temannya saat melihatkan Sistem Tower Ganda yang memanfaatkan air hujan untuk digunakan kembali di sekolah, Kamis (30/10). 

TRIBUN-BALI.COM – Krisis air yang mulai terasa di sejumlah wilayah Bali mendorong sekolah-sekolah untuk tidak tinggal diam untuk menjaga alam mereka dan berinovasi.

Salah satu inovasi menarik datang dari SMA Negeri 1 Penebel, Kabupaten Tabanan yang menjalankan program Tirtanovasi, ide sederhana dari ruang kelas kini menjelma menjadi aksi nyata penyelamat sumber daya air.

Sekolah ini berhasil menerapkan Sistem Tower Ganda dua menara air yang menampung air hujan dan mendaur ulang air bekas cuci tangan.

Air limbah tersebut disaring menggunakan lapisan arang, pasir, dan kerikil hingga kembali jernih, lalu dimanfaatkan untuk menyiram tanaman di area sekolah. Menariknya, sistem ini tidak membutuhkan listrik dan biayanya pun sangat terjangkau, sehingga mudah direplikasi oleh sekolah lain.

"Kami ingin menunjukkan bahwa menjaga air bisa dimulai dari langkah kecil di sekolah," ujar salah satu siswa SMAN 1 Penebel, Putu krisna Jaya Mahendra (17).

Baca juga: ANCAM Cabut Izin Pedagang, Ini Kata Satgas Pangan, Jika Ngotot Jual Beras di Atas HET

Baca juga: PROYEK Kereta Bawah Tanah Belum Jelas Kelanjutannya, Jangan Sampai Bali Urban Subway Hanya Wacana!

Siswa SMAN 1 Penebel Putu krisna Jaya Mahendra dan temannya saat melihatkan Sistem Tower Ganda yang memanfaatkan air hujan untuk digunakan kembali disekolah pada Kamis 30 Oktober 2025
Siswa SMAN 1 Penebel Putu krisna Jaya Mahendra dan temannya saat melihatkan Sistem Tower Ganda yang memanfaatkan air hujan untuk digunakan kembali disekolah pada Kamis 30 Oktober 2025 (istimewa)

Siswa kelas 3 yang merancang inovasi itu pun mengaku awal mula inovasi itu muncul ketika dirinya bersama 15 siswa lain mendapat undangan terkait dengan konservasi air yang diadakan di Desa Pingeh,  Baturiti. Saat itu dirinya mendapatkan ilmu tentang filtrasi air yang mengubah air yang kotor itu menjadi air yang bersih menjadi layak pakai.

"Itu kami diundang pada tahun 2024 oleh IDEP Selaras Alam. Saat itu kita mendapatkan materi besarnya kemudian sampai bisa direalisasikan untuk jadi dua tower. Materi besar itu yang kami dapatkan hingga membuat filtrasi air secara sederhana," ucapnya.

Usai mendapatkan pelatihan itu, dirinya pun merencanakan tentang pembuatan tandon tersebut, hingga bisa dilaksanakan di tahun 2024 juga. Diakui dari penelitian IDEP Selaras Alam disebutkan jika di daerah Penebel ini 20 tahun atau 30 tahun kedepannya pasti akan ada krisis air. Sehingga untuk mengatasi itu pihaknya berupaya untuk menangani hal tersebut dengan menciptakan sistem Tandon Ganda.

"Kami berharap filtrasi ini bisa disosialisasikan kepada masyarakat agar dapat menjaga air dan kualitas air yang ada Penebel ini supaya bisa berkelanjutan sampai anak cucu," bebernya.

Diakui ada beberapa filter yang digunakan seperti spon untuk menjaring lumut kasar, arang aktif untuk menyaring bakteri, ijuk, seloid, pasir silika yang mengandung enzim.

Sementara, Nicolaus Sukistyo selaku humas dan komunikasi IDEP Selaras Alam program Tirtanovasi merupakan bagian dari kegiatan Bali Water Protection (BWP) yang dijalankan oleh IDEP Selaras Alam. Program ini bertujuan menumbuhkan kesadaran dan kreativitas konservasi air berbasis sekolah dengan pendekatan partisipatif.

"Dalam program ini, sekolah kami anggap sebagai subyek dan agen perubahan, bukan hanya penerima manfaat. Kami percaya masyarakat mampu melahirkan solusi lokal untuk menjawab tantangan global," ujar 

Sementara, Muchamad Awal, Direktur Eksekutif IDEP Selaras Alam mengaku dari tujuh sekolah yang mengikuti lomba pada 2024 lalu, tiga sekolah terpilih sebagai pemenang berkat kreativitas dan keberlanjutan inovasinya. Setahun setelah diterapkan, hasilnya terlihat nyata yang meningkat, perilaku warga sekolah lebih peduli lingkungan, dan hubungan antara sekolah, komite, serta masyarakat semakin kuat.

"Air yang dulunya terbuang kini bisa kami manfaatkan kembali. Anak-anak jadi belajar langsung tentang pentingnya menjaga air," katanya.

Program ini menjadi bukti bahwa perubahan besar bisa dimulai dari langkah kecil di lingkungan sekolah. Melalui Tirtanovasi, sekolah-sekolah di Bali kini tak hanya menjadi tempat belajar, tetapi juga pusat inovasi untuk masa depan air yang berkelanjutan. (*)

 

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved