Berita Karangsem
Seraya Timur Bali Jadi Pilot Project Kampung Nelayan Merah Putih, Dinas Kelautan Jaring Desa Lainnya
Selain faktor jumlah, komitmen masyarakat dan dukungan pemerintah daerah menjadi alasan kuat pemilihan lokasi.
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR — Salah satu Desa di Bali terpilih menjadi lokasi pertama sebagai Kampung Nelayan Merah Putih, sebuah program nasional Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan melalui pengelolaan kawasan terpadu.
Desa tersebut adalah Desa Seraya Timur, Karangasem.
Menjadi lokasi pertama di Bali yang ditetapkan, Desa Seraya Timur sekaligus sebagai pilot project Kampung Nelayan Merah Putih di Provinsi Bali dengan fasilitas lengkap mulai dari cold storage, pabrik es, bengkel kapal, hingga pusat kuliner.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali, Putu Sumardiana, mengatakan program ini sepenuhnya didanai oleh KKP dan saat ini tengah dalam tahap pembangunan fisik.
Baca juga: MARITIM Bali Kian Diperkuat, Pembangunan Infrastuktur Marina di Denpasar Dipercepat & Sosialisasi
“Anggarannya dari Kementerian. Kemarin saya dengan tim dari Dirjen Perikanan sudah ke sana mengecek. Memang sudah berproses, dan nanti di sana lengkap sekali, mulai beberapa zona perikanan, ada cold storage, penunjang, pabrik es—lengkap sekali,” katanya, Rabu 8 Oktober 2025.
Menurut Sumardiana, kawasan tersebut dirancang untuk menjadi pusat kegiatan ekonomi perikanan terpadu yang tak hanya berfokus pada penangkapan, tetapi juga penanganan pascapanen dan pengembangan ekonomi masyarakat pesisir.
“Tujuannya adalah bagaimana dalam suatu kawasan itu lengkap—ada penangkapannya, ada post turisnya. Dengan adanya kawasan Kampung Nelayan Modern ini diharapkan bisa memberikan kesejahteraan pada nelayan,” katanya.
Ia mencontohkan, dengan keberadaan fasilitas gudang beku (cold storage), harga ikan di musim panen dapat lebih stabil.
“Selama ini kalau musim panen dan tidak ada gudang beku, harganya bisa Rp3.000 per kilo. Tapi dengan adanya gudang beku, bisa sampai Rp5.000, Rp6.000, bahkan Rp8.000–Rp15.000 per kilo,” jelasnya.
Seraya Timur dipilih karena memiliki jumlah nelayan terbesar di Bali.
“Di sana jumlah nelayannya paling besar, sekitar 5.000 orang dari total 17.000 nelayan di seluruh Bali. Jadi, sekitar 30 persen nelayan Bali ada di Karangasem,” ungkapnya.
Selain faktor jumlah, komitmen masyarakat dan dukungan pemerintah daerah menjadi alasan kuat pemilihan lokasi.
“Masyarakatnya komitmen, sudah jalan, dan memang butuh. Ini kan usulan dari bawah. Pemerintah daerah mulai dari kepala desa, camat sampai bupati semuanya mendukung. Makanya ketika diajukan ke pusat, lolos,” tutur Sumardiana.
Proyek Kampung Nelayan Merah Putih di Seraya Timur ini memperoleh anggaran sekitar Rp22 miliar dan ditargetkan rampung pada Desember 2025.
“Sekarang pembangunan fisiknya sudah 15 persen. Per kampung nelayan itu ada anggaran Rp22 miliar,” katanya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.