Sedih, Surat Dedek untuk Mendiang Ayah ‘Terakhir Bapak Ajak Bantu Pengungsi, Besoknya Sudah Tiada’
Bocah perempuan yang masih duduk di bangku kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Pemaron ini mengutuk perbuatan pelaku yang tega menghabisi nyawa ayahnya.
Laporan Wartawan Tribun Bali, Ratu Ayu Astri Desiani
TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Sepucuk surat ditulis Putu Dedek Juliarti (9) untuk mendiang ayahnya, Gede Sugiarta alias Botak (31).
Surat ini ia buat sebagai gambaran kesedihan saat melihat jenazah ayahnya peNuh luka ditebas orang tak dikenal, Minggu (1/10/2017).
Bocah perempuan yang masih duduk di bangku kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Pemaron ini mengutuk perbuatan pelaku yang tega menghabisi nyawa ayahnya.
Ia berharap, pelaku mendapatkan hukuman setimpal dengan apa yang telah dilakukan terhadap ayahnya.
Anak sekecil itu terlihat tegar saat jenazah ayahnya diletakkan ke liang lahat Setra Kelurahan Kayu Buntil, Buleleng, Selasa (3/10/2017) sekira pukul 11.00 Wita.
Dedek mengaku bila surat itu ia tulis seorang diri, Senin (2/10/2017) tanpa campur tangan siapapun.
“Semoga bapak tenang di alam sana. Semoga yang membunuh bapak segera ditangkap dan dihukum seberat-beratnya. Bapak doain Dedek biar bisa sekolah tinggi sampai wisuda. Nanti yang bunuh bapak di penjara. Bapak dulu sayang sama Dedek. Sekarang Dedek sedih karena bapak tidak ada lagi. Arwah bapak selalu ada di dalam hati. Bapak dulu suka menolong teman-teman. Bapak suka ngajak Dedek keliling kota. Karena bapak di alam sana, Dedek sedih. Bapak tidak di sini lagi. Dedek sayang bapak.”
Demikian isi surat Dedek untuk ayahnya.
Tewasnya sang ayah dengan cara yang mengenaskan, membuat bocah ini sangat terpukul.
Dedek mengaku hanya bisa mengenang masa-masa terakhir saat masih bersama dengan sang ayah, ketika mengunjungi posko pengungsian Gunung Agung, di Kabupaten Klungkung, Sabtu (30/9/2017).
"Terakhir bapak ngajak jalan-jalan ke Klungkung. Liburan sekaligus nyumbang buat pengungsi. Besoknya bapak sudah tidak ada. Dedek sudah ikhlas bapak pergi. Bapak selalu ada di dalam hati. Karena bapak sudah tidak ada, ibu berpesan biar Dedek jangan nakal, bantu ibu jagain adik dan papu (buyut, red)," kata Dedek.
Di lain sisi, pemandangan berbeda justru terpancar dari raut wajah istri mendiang, Desak Ketut Adiatmini Gandi (28).
Sesekali Adiatmini tampak menyeka air matanya.
Tertangkap
