Gunung Agung Terkini

TERKINI, Gunung Agung Terpantau Lebih Tenang dan Alami Perlambatan Pertumbuhan Magma

Berdasarkan hasil pantauan satelit, saat ini gunung Agung tengah mengalami perlambatan infusi magma menuju permukaan kawah.

Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Eviera Paramita Sandi
Magma Indonesia
Gunung Agung 

TRIBUN-BALI.COM, AMLAPURA - Gunung Agung tertutup awan dari Pos Pantau Gunung Api Agung di Desa/Kecamatan Rendang, Karangasem, Bali, Selasa (4/10/2017).

Meski demikian, gunung Agung secara visual terpantau lebih tenang.

Kawah Gunung Agung mengeluarkan asap putih dengan ketinggian 500 meter dari puncak kawah.

Ini lebih pendek dari hari sebelumnya yang mencapai 1000 sampai 1500 meter dari puncak kawah gunung Agung. 

Kepala Sub-Bidang Mitigasi Pemantauan Gunung api Wilayah Timur PVMBG, Dr Devy Kamil Syahbana menjelaskan, berdasarkan hasil pantauan satelit, saat ini gunung Agung tengah mengalami perlambatan infusi magma menuju permukaan kawah.

Hal ini mengindikasikan adanya pendinginan dan penebalan di bagian atas tumpukan lava yang telah terlebih dahulu memenuhi kawah. 

"Jadi dahulu kita mendapatkan data pertumbuhan lava ke kawah gunung agung mencapai 36 meter kubik per detik, dan saat ini sudah mulai melambat. Ini bisa disebabkan oleh dua hal. Pertama, tumpukan lava yang telah mencapai permukaan lebih dahulu mngalami pendinginan dan semakin menebal. Namun, bisa juga dikarenakan dinamika gunung api itu sendiri. Kita tidak bisa meprediksi cepat atau lambat ini, kita hanya bisa memonitoringnya. Saat ini di kawah, estimasi lava masih sebanyak 20 juta ton" Jelas Devy, Selasa (4/12/2017).

Meskipun demikian, pihak PVMBG tidak bisa menyebut kondisi ini menandakan aktivitas vulkanik gunung Agung sudah menurun.

Meskipun mengalami perlambatan pertumbuhan magma ke permukaan, namun tim PVMBG masih mengukur terjadinya gempa vulkanik yang cukup tinggi, termasuk gempa low frekuensi.

Dalam 24 jam terkahir, alat seismograf PVMBG mencatat sekitar 26 gempa vulkanik baik dalam maupun dangkal dan lebih dari 20 kali gempa low frekuensi.

Gempa vulkanik mengindikasikan masih adanya tekanan  berlebih pada gunung Agung, sementara gempa low frekuensi mengindikasikan masih adanya aliran infusi magma yang berusaha bergerak menuju permukaan.  

"Gempa-gempa ini justru mengindikasikan gunung Agung belum benar-benar istirahat. Namun, tetap bergejolak di dalam. Terlebih gempa low frekuensi yang kita rekam semakin dominan. Pusat gempa ini bisanya terjadi di kedangkalan," ungkap Devy.

Hal serupa juga terpantau dari data Geokimia.

Berdasarkan hasil pengukuran terbaru, kadar gas magmatik So2 (Sulfus Dioksida) di sekitar kawah gunung Agung mencapai 1300 ton.

Jumlah ini jauh berkali lipat dari pengukuran tanggal 2 Desember yang berjumlah 300 ton. 

Sumber: Tribun Bali
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved