Ketut Catur Ungkap Alasan Ular Piton dan King Cobra Kerap Masuk Rumah Warga di Denpasar
Belakangan ini marak terjadinya penemuan ular yang masuk ke rumah-rumah warga di Denpasar
Penulis: Hisyam Mudin | Editor: Aloisius H Manggol
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR- Belakangan ini marak terjadinya penemuan ular yang masuk ke rumah-rumah warga di Denpasar.
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali menyebutkan fenomena ini disebabkan habitat ular mulai terganggu.
Terhitung sejak Januari-Juli 2018, pihak BKSDA sudah menerima sekitar 10 lebih ekor ular dengan berbagai jenis.
Berdasarkan data yang ditelusuri Tribun Bali di akun resmi Pusdalops BPBD Kota Denpasar, pada 4 Juli 2018 lalu, petugas mengamankan seekor ular kobra yang masuk ke rumah warga di jalan Danau Tempe, Sanur.
Ular kobra tersebut memiliki panjang sekitar 1,5 meter.
Peristiwa ular yang masuk rumah warga ini kembali terjadi pada 7 Juli lalu di jalan Antasura, Denpasar.
Ular tersebut merupakan ular sawah dengan panjang sekitar 1 meter.
Kemudian pada 11 Juli lalu, petugas BPBD Kota Denpasar juga kembali mengamankan seekor ular kobra yang masuk ke rumah warga di jalan Kertawinangun, Perum Graha Paradiso.
Ular kobra tersebut sepanjang kurang lebih 150 centi meter (cm) dengan diameter sekitar 3 cm.
Kepala Sub Bagian Tata Usaha BKSDA Bali, Ketut Catur Marbawa, mengaku belakang ini pihaknya menerima sejumlah ular.
Bahkan pihaknya juga menerima salah satu ular piton dengan panjang 4 meter.
"Ada sejumlah ular yang memang sudah masuk ke kita (BKSDA). Rata-rata yang paling banyak ular piton, ular-ular lokal juga banyak. Bahkan piton yang panjangnya 4 meter juga kami terima," ujarnya kepada Tribun Bali, Selasa (17/7) kemarin.
"Yang sudah kami terima sekitar 10 tapi saya belum memastikan jumlahnya, mungkin lebih. Yang paling sering ular piton, rata-rata fluktuasi, ada piton yang dua meter, ada juga yang kecil-kecil, yang kecil itu kami lepas saja di sekitar tahura, jauh dari permukiman, karena ular juga semakin lama di tangkar juga tidak baik," sambungnya.
Jika diamati dari sudut pandang habitat, kata Catur, fenomena kemunculan ular-ular ini lantaran terdesak karena habitatnya terganggu.
"Misalnya rumah penduduk di sekitar hutan, bisa jadi secara habitat mereka (ular) sudah terganggu karena sebelumnya hutan kemudian ada rumah penduduk yang mendekati habitat mereka. Contohnya di kawasan tahura hutan mangrove yang merupakan habitat ular, ketika terdesak ya dia (ular) keluar," ujarnya.
Kendati demikian, Catur tidak bisa memastikan bahwa kondisi ini semata-mata disebabkan habitat ular yang terganggu.