Ubah Sampah Jadi Komoditas, dari Kompos hingga Barang Hasil Daur Ulang Bernilai Ekonomis
Saat ini masyarakat masih menganggap bahwa sampah merupakan sesuatu yang tidak terpakai, dikumpulkan, kemudian diangkut ke TPA
Penulis: Putu Supartika | Editor: Irma Budiarti
Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Saat ini masyarakat masih menganggap bahwa sampah merupakan sesuatu yang tidak terpakai, dikumpulkan, kemudian diangkut ke TPA.
Dengan mengangkut sampah ke TPA kebanyakan masyarakat menganggap sudah termasuk solusi terhadap penanganan sampah.
Padahal sebenarnya sampah bisa dijadikan komoditas yang bernilai ekonomis.
Sampah bisa dimanfaatkan menjadi barang hasil daur ulang maupun kompos.
Baca: Discovery Shopping Mall Hadirkan Wahana Ice Skating di Pinggir Pantai
Baca: BPJS Kesehatan dan PT Jasa Raharja Optimalkan Koordinasi Manfaat Penjaminan Lakalantas
Menurut Gede Robi Supriyanto yang merupakan vokalis Navicula, sampah yang ada seharusnya dikumpulkan, lalu dibongkar dan isinya dipilah.
"Dari penelitian kita, 70 persen adalah organik dan 30 persennya adalah nonorganik. 30 persen nonorganik tersebut, 25 persennya bisa didaur ulang dan 5 persennya merupakan sampah yang tak bisa didaur ulang seperti styrofoam dan sedotan," katanya.
Setelah dipilah, organik bukan sampah melainkan komoditas yang dijadikan kompos dan bisa dijual seharga Rp 4 ribu perkilogram.
"Saya bikin di rumah tanpa teknologi dan tanpa harus kuliah ke ITB, apalagi pemerintah pasti bisa," katanya.
Baca: Ratna Sarumpaet Tak Viralkan Kebohongan, Siapa Pelakunya, Ini Jawaban Atiqah Hasiholan
Baca: Komentar Jerinx SID Pancing Reaksi Ashanty, Ini 5 Fakta yang Diungkap, Saling Tuding di Medsos
Sementara sampah anorganik 25 persen bisa diberikan ke pemulung yang selanjutnya akan dijadikan bahan daur ulang yang pabriknya ada di Sidoarjo.
"Apalagi kalau di Bali ada pabrik sehingga akan mengurangi cost untuk biaya pengangkutan," katanya.
Dan sisanya yang 5 persen tersebutlah yang dibuatkan Perwali maupun Pergub untuk menguranginya.
Bahkan dirinya pernah membuat hitung-hitungan sederhana dan dimuat di blog Akarumput tahun 2012.
"Hitung semua sampah Bali. Kalau Bali mengelola sampah organik sendiri akan menghasilkan Rp 4,3 triliun pertahun dari harga kompos Rp 4 ribu. Berapa Puskesmas yang gratis, berapa anak yang dapat beasiswa ke luar negeri dan tidak perlu bansos ataupun dana desa," kata Robi.
Baca: BPD Bali Optimistis Target Pertumbuhan Kredit 9 Persen, OJK Segera Rampungkan Calon Dewan Komisaris
Baca: Kebalikan dari AS yang Membeku, Januari Lalu Australia Tercatat Alami Suhu Terpanas Sejak 1910