Lomba Lari Sarung Menguji Kekompakan Orang Tua dan Anak Berkebutuhan Khusus

Kerja sama antara anak autis bersama orang tuanya saat mengikuti lomba anak berkebutuhan khusus di Sewaka Darma Lumintang

Penulis: Putu Supartika | Editor: Irma Budiarti
Tribun Bali/I Putu Supartika
Anak berkebutuhan khusus ikut lomba lari sarung, Sabtu (23/2/2019). 

Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Agus Wijaya Putra seorang anak penderita autis berlari dengan sarung yang dipakaiakan oleh ibunya.

Sebelumnya, sang ibu telah berlari mengambilkan anaknya sarung.

Sarung itu kemudian dipakaikan pada anaknya.

Setelah memakai sarung ia berlari dengan sarungnya.

Agar tak lepas, Agus juga memegangi sarungnya.

Baca: Ajak Tanam Modal & Iming-imingi Bunga 10 Persen, Polisi Gadungan Tipu Pemilik Spa hingga Rp 120 Juta

Baca: Yabes Tanuri: Kita Tunggu Siapa Lawan Bali United di Perempat Final

Itulah bentuk kerja sama antara anak autis bersama orang tuanya saat mengikuti lomba anak berkebutuhan khusus di Sewaka Darma Lumintang, Denpasar, Sabtu (23/2/2019).

Bahkan ada hal yang tak biasa ditemui saat lomba ini.

Ketika yang seharusnya berlari hanya orang tuanya saja, sang anak ikut berlari sehingga panitia harus mengejar mereka.

Bagitupula saat waktunya berlari, anak tersebut malah diam.

Baca: Reuni Puisi Peladang Kata

Baca: Kirim 1 Foto Pelaku Buang Sampah Sembarangan Dapat Hadiah Rp 100 Ribu

Ketua Pengurus Harian Pusat Layanan Autis Denpasar, Nyoman Hadika mengatakan ada tiga jenis perlombaan untuk anak berkebutuhan khusus ini.

Ketiga lomba tersebut yakni lomba meronce, lari estapet sarung, dan lomba memindahkan bola.

Lomba ini mengajak agar anak berkebutuhan khusus untuk menjadi mandiri.

Melatih konsentrasi lewat meronce, melatih motorik kasar maupun halus, serta kemampuan akademik dalam hal ini membedakan warna.

Baca: Belah Perut Istri Yang Hamil Tua, Suami Ngaku Istri Masih Sadar Lalu Kode Ambil Anaknya

Baca: Prakiraan Cuaca Akhir Pekan, Beberapa Kabupaten di Bali Diguyur Hujan Ringan

"Menghadapi anak berkebutuhan khusus yang perlu diperhatikan, apakah kita sudah terlatih atau belum. Memang agak berat karena tiap anak memiliki karakteristik yang berbeda," kata Handika.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved