Tindak Tegas Pelanggar, Rai Mantra: Penggunaan Sound System Sudah di Luar Jalur

Pemkot Denpasar melarang penggunaan sound system pada saat pengerupukan, terutama saat acara pengarakan ogoh-ogoh berlangsung

Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Irma Budiarti
Tribun Bali/I Wayan Sui Suadnyana
Wali Kota Denpasar, Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra saat hadir di Festival Omed-omedan, Jumat (8/3/2019) 

Laporan Wartawan Tribun Bali, I Wayan Sui Suadnyana

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Pemkot Denpasar melarang penggunaan sound system pada saat pengerupukan, terutama saat acara pengarakan ogoh-ogoh berlangsung.

Tak segan-segan, Pemkot Denpasar secara langsung menerjunkan petugas Satpol PP untuk menindak tegas bila ada yang melakukan pelanggaran.

Wali Kota Denpasar, Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra pun bersikeras melakukan pelarangan ini.

Saat ditemui awak media saat hadir di pembukaan Festival Omed-Omedan di Banjar Kaja, Desa Pakraman Sesetan, Jumat (8/3/2019) kemarin, Rai Mantra menegaskan kembali hal tersebut.

Baca: Pelanggar Sound System Ogoh-ogoh di Denpasar akan Jalani Sidang Tipiring Senin Pekan Depan

Baca: Pengarakan Ogoh-Ogoh di Denpasar Masih Gunakan Sound System,Satpol PP: Keberadaan Mereka Tidak Jelas

Menurutnya, generasi muda harus bisa membedakan mana tradisi dan mana yang bukan.

Dijelaskan bahwa tradisi pengerupukan adalah salah satu rangkaian dari Hari Raya Nyepi sehingga di dalamnya yang harus ditonjolkan oleh generasi muda yakni kreativitas yang murni.

“Pengerupukan itu kan prosesi daripada Nyepi yang mana di sini itu ada kreativitas murni yang memang dijaga,” kata Rai Mantra yang saat itu ditemani oleh istrinya, Selly Mantra.

Ia menjelaskan bahwa kebudayaan di Bali ini, antara agama dan seni menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

Baca: Siapkan dan Pakai Sound System Saat Pengarakan Ogoh-ogoh, Penanggung Jawab Akan Disidang

Baca: Ketahuan Pakai Sound System Saat Pengarakan Ogoh-ogoh, Satpol PP Akan Lakukan Ini

Seni juga mendukung dan memperkuat daripada upakara itu sendiri.

Oleh karena itu, pelarangan penggunaan sound system ini sebagai upaya untuk mengembalikan dan juga untuk memberikan penguatan kepada generasi muda yang memiliki kreativitas.

“Kreativitas itu kan sangat tinggi, (dan) maju juga harus didukung secara kuat. Artinya ya kita harus menghindarkan penggunaan sound system yang sudah di luar jalur,” tegasnya.

“Itukan (pengunaan sound sytem di pengerupukan) sudah enggak sesuai banget itu tempatnya,” kata dia lagi.

Baca: Malam Pengerupukan, Pemkot Minta Ogoh-ogoh Tanpa Sound Sistem di Denpasar, Begini Sebabnya

Baca: Ini Kata Seniman Ogoh-ogoh Denpasar Soal Larangan Penggunaan Sound System dan Styrofoam

Sehingga, kata dia, harus diberikan suatu support dan semangat kepada para pemuda, orang tua, tokoh masyarakat untuk terus memberikan pemahaman-pemahaman seperti penguatan karakter.

Hal itu agar kebudayaan generasi muda bertambah kuat dan dapat membedakan mana yang kebudayaan asli dan mana yang bisa untuk dicampur.

Keputusan pelarangan sound system ini juga sudah berkaca pada perhelatan pengerupukan dua hingga tiga tahun sebelumnya

“Kalau itu kan kita harus melihat peristiwa atau kejadian dua tahun tiga tahun sebelumnya, sehingga ya kita harus bersama sama memahami kondisi seperti itu,” kata dia. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved