Selain Gangguan Cemas, 6 Dampak Ini Bisa Kamu Terima Jika Sering Alami Gangguan Tidur
Jika kita kurang tidur atau kebanyakan begadang akan berdampak buruk pada kesehatan.
TRIBUN-BALI.COM - Semua ilmuwan sepakat, tidur memberi segudang manfaat untuk tubuh. Justru, jika kita kurang tidur atau kebanyakan begadang akan berdampak buruk pada kesehatan.
Kurang tidur, sering terbangun pada malam hari, tidak mampu tidur lagi setelah bangun adalah apa yang disebut gangguan tidur.
Melansir Alodokter, dampak gangguan tidur antara lain kelelahan, merasa lemas dan mengantuk, mudah marah, serta sulit konsentrasi di siang hari.
Apakah ada dampak lainnya? Tentu saja ada.
Berikut 6 risiko gangguan tidur untuk tubuh yang harus dipahami:
1. Bikin IPK turun
Di tahun 2018 sekelompok peneliti dari negara bagian AS pernah membuat laporan bahwa mahasiswa yang sering begadang justru bisa membuat nilai akademiknya jeblok.
Menurut studi tersebut, efek buruk kurang tidur terhadap prestasi akademik sama seperti efek yang ditimbulkan oleh konsumsi minuman keras atau narkoba.
"Mahasiswa yang jam tidurnya normal memiliki nilai IPK lebih tinggi sebanyak 0,14 poin dibandingkan mahasiswa yang selalu kurang tidur," kata J. Roxanne Prichard, Direktur Penelitian di Universitas St. Thomas di Saint Paul, Minnesota.
"Saat tugas kuliah dikerjakan dalam kondisi cukup istirahat, Anda akan menyelesaikan persoalan yang rumit dengan lebih efisien," tambah Prichard.
Temuan ini didapatkan setelah para peneliti mengamati 55.322 mahasiswa melalui survei yang diadakan pada 2009.
Secara keseluruhan, mahasiswa yang memiliki IPK rata-rata sebesar 3,21 mengalami kesulitan tidur selama 2,4 malam dalam sepekan.
Baca: Monitoring Wilayah hingga Aksi Babinsa Peninjoan Bantu Warga
Baca: Suka Coba Tester Maskara di Toko Kecantikan? Berhenti Melakukannya karena Bahaya Ini Bisa Terjadi
2. Kurang tidur, penyebab gemuk yang tidak disadari
Dalam kolom opini Kompas.com, Dr. Andreas Prasadja, RPSGT pernah menuliskan bahwa kurang tidur dapat membuat berat badan seseorang bertambah.
Saat dokter Andreas memiliki pasien yang kurang tidur karena shift malam dan membuat berat badannya bertambah, dia mendiagnosis pasien tersebut dengan Circadian Rhythm Disorder Shift Worker Type.