KESEHATAN

GANGGUAN Pendengaran pada Lansia Bisa Dipengaruhi oleh Tekanan Darah Tinggi

Namun, sebuah penelitian menunjukkan bahwa tekanan darah tinggi (hipertensi) juga berperan dalam mempercepat terjadinya gangguan pendengaran ini.

|
Penulis: Kambali | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
ISTIMEWA
dr. Made Gita Ratnasari, Sp.THT-KL, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Warmadewa.  

Ini Adalah Tulisan dr. Made Gita Ratnasari, Sp.THT-KL, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Warmadewa. 

TRIBUN-BALI.COM - Banyak orang lanjut usia mulai merasakan penurunan pendengaran, seiring bertambahnya umur.

Kesulitan memahami percakapan, terutama di tempat ramai, atau kebiasaan menaikkan volume televisi secara berlebihan sering kali dianggap sebagai hal wajar.

Kondisi ini dikenal sebagai presbikusis, yaitu gangguan pendengaran yang terjadi akibat proses penuaan alami. Namun, sebuah penelitian menunjukkan bahwa tekanan darah tinggi (hipertensi) juga berperan dalam mempercepat terjadinya gangguan pendengaran ini. Artinya, bukan hanya usia yang perlu menjadi perhatian, tetapi juga kondisi kesehatan kardiovaskular.

Baca juga: PELAKU Penembakan WNA di Badung Dirantai & Dikawal Ketat, Rekonstruksi Peragakan 11 Adegan

Baca juga: DIHAJAR Tetangga di Sukasada Usai Salat Subuh, Sohihul Islam Luka Serius & Dilarikan ke Rumah Sakit

Presbikusis adalah gangguan pendengaran progresif yang muncul perlahan-lahan, biasanya mulai terasa setelah usia 60 tahun.

Penyebab utamanya adalah kerusakan sel-sel rambut halus di koklea (rumah siput di telinga dalam), yang bertugas menangkap getaran suara.

Selain itu, juga terjadi penurunan fungsi saraf pendengaran dan jalur pemrosesan suara di otak. Beberapa gejala yang umum ditemukan pada presbikusis antara lain:
•    Kesulitan menangkap suara bernada tinggi seperti suara anak-anak atau dering bel
•    Sulit mengikuti percakapan, terutama bila ada suara latar seperti di pasar atau saat acara keluarga
•    Salah tangkap dalam percakapan atau sering bertanya ulang
•    Volume televisi atau radio yang terus dinaikkan

Gangguan ini bersifat permanen dan tidak bisa pulih secara spontan, sehingga pencegahan dan deteksi dini menjadi sangat penting.

Hipertensi merupakan kondisi kronis di mana tekanan darah berada di atas batas normal (≥140/90 mmHg). Kondisi ini dikenal sebagai “pembunuh diam-diam” karena sering tidak menunjukkan gejala, tetapi bisa menyebabkan kerusakan organ-organ penting secara perlahan—termasuk organ pendengaran.

Telinga bagian dalam sangat bergantung pada pasokan darah yang stabil. Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dapat merusak pembuluh darah kecil di koklea, mengganggu aliran darah, dan akhirnya menyebabkan kematian sel-sel sensorik.

Bila suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan pendengaran terganggu, kemampuan untuk menangkap suara pun ikut menurun.

Beberapa studi medis menunjukkan bahwa lansia yang mengalami hipertensi memiliki risiko lebih tinggi mengalami presbikusis dibandingkan mereka yang tekanan darahnya stabil.

Sebuah penelitian yang dilakukan di Puskesmas Denpasar Selatan 1 menunjukkan hasil bahwa kelompok usia >65 tahun mempunyai risiko kejadian presbikusis sebesar 4 kali yang bermakna secara statistik.

Pada penelitian ini subjek yang menderita   hipertensi   sebanyak   59,6 persen yang terdiri dari 38,5 persen pada kasus dan 21,2 persen pada   kontrol.  

Hasil   penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan hipertensi dengan  presbikusis bermakna secara statistik, hipertensi mempunyai risiko kejadian presbikusis sebesar 4,5 kali lebih tinggi.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved